PWMU.CO– Paskibra, kalau ingin bergabung sebagai anggotanya ikuti kisah ini. Kunci bisa lolos menjadi pasukan pengibar bendera (Paskibra) hanya tiga. Kemampuan fisik, kecerdasan, dan kemampuan baris-berbaris (PBB).
Itu disampaikan Firmansyah Permadi Rastanto, kelas XII IPS 4 dan Almas Ridho Fadhurrrohman kelas XI MIPA 7 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) ditemui di sela pelaksanaan vaksinasi di auditorium AR Fachrudin, Kamis (23/9/2021).
”Alhamdulillah kami berdua lolos sebagai Paskibra Kabupaten Sidoarjo tahun 2021,” terang Firmansyah.
Awalnya Firmansyah sudah mempersiapkan diri mengikuti seleksi di tahun 2020. Karena pandemi, Pemda Sidoarjo membatalkan seleksi dan mengganti dengan Paskibra tahun 2019. ”Saya sudah persiapan selama tiga bulan, ternyata dua pekan menjelang pelaksanaan seleksi, panitia mengumumkan pembatalan,” ungkap Firmansyah.
Untuk bisa lolos menjadi Paskibra Kabupaten (Paskab), Firmansyah dan Ridho harus lolos tes wawancara, kesehatan, dan fisik. Tes wawancara meliputi minat bakat, wawasan kebangsaan, dan Bahasa Inggris. ”Untuk tes wawasan kebangsaan meliputi ukuran bendera, lambang Paskibra, dan wawasan kebangsaan lainnya,” ungkap Ridho.
Juga dilakukan tes Bahasa Inggris untuk melihat kemampuan komunikasi menggunakan bahasa asing. ”Kalau menurut saya tes ini untuk menguji kecerdasan peserta,” tegas Firmansyah.
Peserta juga harus menunjukkan kelebihan termasuk bahasa asing dan minat bakat. Firmansyah memiliki bakat badminton.
Sedang Ridlo menunjukkan kemampuan membaca Quran dengan irama yang bagus. Ia membaca surat ar-Rahman. ”Sejak SD saya sudah mengaji di TPQ. Itu yang saya tunjukkan waktu tes,” ujar Ridho.
Selain wawancara dan minat bakat, juga ada tes kesehatan. Tes ini meliputi penglihatan, varises, dan tensi.
Tes kedua adalah fisik. Meliputi lari, push up, sit up, suttle run (lari angka 8), dan pull up dalam satu menit. Firmansyah hanya bisa dua kali, sedangkan Ridho tidak kuat melakukan pull up. Padahal ada peserta tes yang bisa melakukan lebih dari dua belas kali. ”Saya hanya menggantung selama satu menit. Tidak bisa pull up sama sekali,” ujar Ridho.
Khusus tes lari setiap peserta ditensi terlebih dahulu. Jika tensi sedang tinggi tidak boleh tes. Lari dalam stadion sepuluh menit minimal enam kali putaran. Firmansyah bisa menuntaskan 5,5 kali putaran, sedang Ridho lima kali putaran.
Tes push up dan sit up satu menit. Ridho bisa tiga puluh kali sit up dan tiga puluh lima kali push up. Sementara Firmansyah bisa lima puluh dua kali sit up dan lima puluh empat push up.
Tes selanjutnya pengukuran badan. Untuk laki-laki tinggi badan minimal 170 cm, sedangkan perempuan minimal 163 cm. Semua peserta melewati tiang penyangga seperti tiang untuk pull up. ”Tes ini banyak menggugurkan peserta. Dari 390 pendaftar, hampir separonya tidak lolos,” terang Firmansyah.
Tes yang dirasa ringan adalah PBB. Hanya meliputi sikap sempurna, istirahat, langkah tegap.
Tugas Menegangkan
Dari 390 peserta hanya diambil 78 putra dan 49 putri. Jumlah itu untuk memenuhi formasi 17-8-13. ”Kalau kondisi normal formasi 17-8-45, tapi karena pandemi formasi itu menjadi 17-8-13,” tambah Firmansyah.
Pasukan dibagi menjadi dua. Pasukan merah dan putih dengan formasi 17-8-13. Firmansyah menjadi pasukan 13 merah untuk pengibaran. Ridlo menjadi pasukan 13 putih tugas penurunan bendera.
Firmansyah merasa bangga dan terharu saat selesai melakukan pengibaran. ”Saya juga sedih karena tidak disaksikan orang tua,” kenang Firmansyah.
Sementara Ridho merasa lega latihan terbayar dengan baik. Dia juga bangga karena baru tahu tentang Paskab. ”Walau sejak SMP sudah Paskib tapi baru tahu bagaimana jadi Paskab,” ujar Ridho.
Apa rencana mereka setelah lulus dari Smamda? Rencana ke depan Firmansyah ingin jadi perwira TNI AL. ”Juga ingin jadi bisnis entrepreneur dan punya banyak anak buah,” ujar Firmansyah dengan senyum gembira. Sedangkan Ridho ingin jadi perwira polisi. Semoga terkabul. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto