Atribut Relawan Bencana Tanda Riya? Oleh Prima Mari Kristanto, aktivis tinggal di Lamongan.
PWMU.CO – Bencana erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang yang terjadi sejak 4 Desember 2021 masih menyisakan duka dan kemungkinan kejadian erupsi susulan.
Muhammadiyah alhamduillah selalu menjadi garda terdepan dalam segala bentuk bencana alam, banjir, tanah longsor, dan erupsi. Termasuk bencana kemanusiaan bernuansa politik di Rohingnya, Syria, Palestina, dan lain-lain.
Bencana erupsi melahirkan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) pada peristiwa erupsi Gunung Kelud tahun 1919 masa pemerintahan kolonial Belanda.
Tahun 1919—atau pada usianya yang ketujuh—Muhammadiyah hadir sebagai satu-satunya organisasi nonpemerintah pada saat itu yang ikut berjibaku menolong korban erupsi Gunung Kelud di wilayah Kediri dan Blitar Jawa Timur.
Kepedulian yang lahir tahun 1919 kemudian melahirkan bentuk Majelis Penolong Kesengsaraan Umum dengan layanan kesehatan permanen berupa klinik sampai rumah sakit.
Kini kepedulian tersebut menular pada kelompok-kelompok masyarakat lain dengan beraneka warna. Ada lembaga amil zakat, suporter sepakbola, perguruan silat sampai partai politik.
Pencitraan?
Dari aneka ragam relawan yang ikut berpartisipasi menolong korban bencana, keberadaan partai politik sering dikritik sebagai pencitraan, cari kursi, demi pemilu dan sebagainya.
Atribut-atribut yang dikenakan oleh relawan dari partai politik sering disebut tanda ketidakikhlasan—hal yang berbeda dengan atribut ormas dan lembaga sosial lainnya.
Atribut sebagaimana kostum olahraga memiliki beragam tujuan, bukan hanya sebagai pelindung badan. Dengan atribut dan kostum tertentu, sebuah tim olahraga, termasuk juga tim relawan bencana menjadi punya identitas, semangat, kebanggaan juga kemudahan koordinasi.
Bisa dibayangkan jika para relawan tidak menggunakan atribut tertentu, bagaimana bisa dibedakan dengan masyarakat biasa, wartawan, penonton, atau para korban yang perlu pertolongan.
Koordinasi internal maupun dengan pihak eksternal seperti dengan TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan lain-lain sangat penting menghindari penumpukan personil pada wilayah tertentu.
Atribut yang dikenakan para relawan memudahkan dalam menghitung kekuatan personil A, B, C, dan seterusnya oleh koordinator penanganan bencana, kementerian sosial, BPBD, TNI, Polri dan sebagainya sehingga beban kerja bisa terbagi secara efektif dan efisien.
Spesiailisasi masing-masing kelompok juga bisa dengan mudah dikenali dengan adanya atribut yang dikenakan, misalnya relawan Muhammadiyah dikenal tangguh dalam layanan kesehatan. Relawan dari ormas lain spesialis mengangkut jenazah, relawan parpol punya spesialis membangun dapur umum, membagi logistik dan sebagainya.
Kesetiakawanan sosial antarmasyarakat sebagai ciri khas warisan nilai-nilai luhur gotong-royong tidak selayaknya dikotori dengan prasangka buruk pencitraan, tidak ikhlas, dan stigma negatif lainnya.
Indonesia yang dikenal sebagai ring of fire atau negara cincin api karena banyak dikelilingi gunung berapi harus disadari akan adanya bencana erupsi selamanya dengan wilayah berbeda.
Sebelumnya Gunung Sinabung di Sumatera Utara, Gunung Gamalama di Maluku Utara mengalami erupsi. Di masa lalu Gunung Agung di Bali, Rinjani di Lombok, Galunggung di Jawa Barat, Krakatau di Selat Sunda, Kelud di Kediri-Blitar, Bromo di Probolinggo, Merapi di Yogya-Magelang menunggu giliran saja untuk erupsi kembali.
Baca sambungan di halaman 2: Kepedulian Partai Politik