PWMU.CO – Muhammadiyah sudah kelola sekolah sangat inovatif disampaikan Anindito Aditomo PhD dalam kegiatan Muhammadiyah Educational Conference, Sabtu (18/12/21).
Dalam acara yang digelar Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur dengan Forum Komunikasi dan Silaturahmi Kepala Sekolah/Madrasah Muhammadiyah (Foskam) Jawa Timur itu dia menyampaikan pendidikan ini tidak bisa dikerjakan hanya oleh pemerintah.
“Perbaikan pendidikan ke depan sangat bergantung kepada bapak ibu semuanya, terutama dari Majelis Dikdasmen Muhammadiyah yang sudah mengelolah sekolah yang sangat inovatif,” jelas Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan ini.
Dia menyampaikan kebijakan pendidikan ke depannya adalah pemulihan belajar. Bagaimana kita bangkit. Bukan hanya sekadar bangkit, tetapi melampaui apa yang kita capai, bahkan prapandemi.
Nino, sapaan akrabnya, memberikan salah satu kunci pemulihan belajar yaitu kebijakan pendidikan yang memberi ruang, memberi pengakuan, dan memberi fasilitasi dalam proses pembelajaran.
“Kita sangat sadar bahwa banyak praktik pendidikan, baik pembelajaran yang saat ini diberi rekognisi bahkan harus kucing-kucingan dengan pengawas, Dinas Pendidikan karena regulasi kita terlalu mengikat. Kita pelan-pelan memberi kelongaran stabilitas peluasan tumbuh kembangnya praktik inovatif,” jelasnya.
Learning Loss
Nino menjelaskan learning loss ini betul-betul terjadi. Kami punya data dari ribuan siswa dari puluhan SD penduduk kota dan kabupaten di 4 provinsi. Kami melakukan pengukuran hasil belajar literasi dan numerasi sebelum pandemi dan satu tahun setelah pandemi.
“Grafik yang menunjukan antar efek kemampuan hasil belajar sebelum pandemi dan setelah pandemi. Berita buruknya kita sudah tahu bahwa sistem pendidikan kita sangat timpang secara wilayah dalam hal kualitas pendidikan, terutama dalah sistem ekonomi menjadi semakin parah karena pandemi,” lanjutnya.
Menyadari hal itu, lanjutnya, Kemendikbud respect melakukan banyak hal. Mulai bantuan kuota yang sudah terdistribusikan jutaan guru, siswa, mahasiswa, dan dosen. Selain itu merespon cepat kurikulum darurat yaitu kurikulum 2013 dipangkas KD-nya.
“Jadi guru bisa menyampaikan materi yang penting saja, selain itu menyediakan modul untuk siswa dan wali siswa.”
Efek Kurikulum Darurat
Nino mengungkapkan kurikulum darurat memiliki efek sangat besar jika dibandingkan siswa yang ada di sekolah menggunakan K13 secara utuh dengan sekolah yang memilih kurikulum darurat itu capaian literasi numerasi kelas I-VI.
“Perbedaannya signifikan. Capaian belajar yang memakai K13 utuh lebih tinggi dibandingkan sekolah yang menggunakan kurikulum darurat,” tuturnya.
Jika, tegasnya, diterjemahkan menjadi learning loss 4 bulan belajar itu mengatasi 73-86%. Memang tidak sepenuhnya mengatasi learning loss, tapi sudah sangat lumayan hampir 90% learning loss yang terjadi itu bisa didedikasi dengan menggunakan kurikulum yang lebih sederhana.
Kebijakan Kurikulkum Darurat
Nino mengatakan alasan Kemendikbud respect mengambil kebijakan kurikulum darurat yaitu supaya guru lebih fokus menyampaikan materi yang paling penting. Selain itu, guru punya waktu untuk melakukan pembelajaran yang lebih dalam.
“Guru bisa fokus ke materi yang paling penting agar punya waktu menyampaikan pembelajaran lebih mendalam berupa diskusi dan tanya jawab dengan memberi umpan balik. Ini lebih bermakna,” jelasnya.
Dia melanjutkan, jika guru materinya banyak, maka mereka tidak melakukan pembelajaran yang inovatif. Untuk itu, kurikulum darurat ini sangat tepat. (*)
Penulis Fiska Puspa Dwi Arinda. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.