![](https://i0.wp.com/www.pwmu.co/wp-content/uploads/2017/01/Mushalla_Achmad-Taufiq.jpg?resize=924%2C600)
PWMU.CO – Kewafatan Achmad Taufiq Hidayat dalam usia muda meninggalkan duka mendalam bagi siapa pun yang mengenalnya. Apalagi kepergiannya cukup mendadak, terlibat kecelakaan dengan kereta api saat mengendarai sepeda motor di Desa Banaran, Babat, Lamongan, (1/1). (Baca: Tertabrak Kereta Api, Achmad Taufiq sang Kader Hizbul Wathan-Alumni SMKM 7 Kedungpring Itu Wafat)
Selain aktif dalam kegiatan Hizbul Wathan dengan menjadi kader Dewan Sughli Kwarda HW Lamongan, ada sisi regilius sosok Achmad Taufiq. Dalam kesehariannya, dia adalah seorang aktifis musholla. Kegiatan sehari-harinya tak lepas dari sebuah musholla mungil yang berada di dekat rumahnya, Musholla Muhajirin.
Achmad Taufiq yang alumni SMK Muhamadiyah 7 Kedungpring merupakan anak ketiga dari pasangan Mad Jadri dan Wiwiek. Keluarga ini bisa dikata sebagai keluarga aktifis Muhammadiyah di Dusun Banjar, Desa Kradenanrejo.
(Baca juga: Innalillahi, Anggota KOKAM Ini Wafat Tenggelam)
Tak heran jika keluarga ini punya jalur sekolah khusus bagi anak-anaknya. “Kakak pertamanya alumni SMKM 5 Babat, sedangkan kakak keduanya tercatat alumni SMKM 7 Kedungpring,” cerita Mad Jadri kepada Ketua HW Kwarda Lamongan, Fathurrohim Syuhadi yang datang berta’ziyah tadi malam, (1/1).
![](https://i0.wp.com/www.pwmu.co/wp-content/uploads/2017/01/Taufiq-150x150.jpg?resize=150%2C150)
Mad Jadri sendiri, ayah dari Taufiq adalah aktifis jamaah Muhammadiyah di Ranting Kradenanrejo. Begitu juga sang ibu, Wiwiek, juga aktivis pengajian Aisyiyah setempat. “Sehari sebelum kepergian Taufiq, sang Ibu pun juga sempat diantarkan untuk mengikuti pengajian,” jelas Rohim tentang kenangan keluarga sesaat sebelum kepergian Taufiq.
(Baca juga: Cita-cita Almarhumah IMMawati Nurrima Dini Elysa untuk Anak Jalanan Binaannya)
Dalam perjalanan mengantar itu, tambah Rohim, Taufiq ternyata juga memberi pesan yang sangat terngiang di telinga ibunya. “Pada saat itu ananda Taufiq juga berpesan kepada ibunya agar selalu aktif mengikuti pengajian Aisyiyah.”
Taufiq yang lulus dari SMKM 7 Kedungpring tahun 2016 ini dikenal sebagai sosok yang pekerja keras. Usai lulus, dia memilih bekerja secara bebas. Karena ia anak trampil dan cekatan semua pekerjaan bisa dilakukan. “Tidak terbatas pada bidang multimedia yang menjadi konsentrasinya saat sekolah, tapi dia juga mampu bertani membantu ayahnya. Di samping itu, ia bisa menjadi tukang batu,” tambah Rohim.
(Baca juga: Mengenang H Bisri Ilyas, Saudagar Sukses Bermodal Kejujuran)
Keahlian dan ketrampilan inilah yang mengantarkan Taufiq menjadi “tukang” untuk membantu memperbaiki mushola di samping rumahnya. Bangunan musholla itu “ambles” karena kondisi tanah setempat yang bergerak.
“Mushola Muhajiirin yang berukuran 5 x 5 ini pernah diresmikan oleh KH. Abdul Qohar, Ketua PCM setempat tahun 1990-an,” tambah Rohim tentang sejarah musholla Muhajirin.
Selama kurang lebih 2 bulan pembangunan mushola Muhajirin ini, Taufiq selalu membantu dan ikut menjadi ‘tukang”. Termasuk merangkai besi-besi untuk dibuat pondasi. Sementara masih ada pekerjaan yang belum selesai yaitu pembuatan teras, tetapi besinya sudah disiapkan Taufiq. “Tapi mushola Muhajirin itu sudah bisa dipakai untuk shalat berjamaah,” lanjut Rohim.
(Baca juga: Seperti Habibie-Ainun, Mughnijah adalah Sayap Sebelah bagi Fasich)
Tak hanya ikut membantu membangun fisik mushalla, tapi Taufiq juga ikut memakmurkan kegiatan mushalla itu. Berdasarkan penuturan orang tuanya, selama ini Taufiqlah yang memangku musholla Muhajirin.
“Taufiqlah yang menjaga kebersihan maupun muadzinnya. Hal ini dilakukan di saat mushola masih lama maupun sudah bagus ini,” jelas Rohim mengutip penuturan kedua orangtua almarhum.
Semoga berbagai amal kebaikan dan kebijakan semasa hidup itu diterima oleh Allah swt. (abqaraya)