PWMU.CO– Melayani tamu Allah menjadi prinsip manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta sehingga menjamin kenyamanan dan keamanan orang datang ke masjid.
Hal itu disampaikan Ketua Takmir Masjid Jogokariyan drh Agus Abadi kepada rombongan Takmir Masjid Muhammadiyah Gresik yang berkunjung untuk belajar manajemen masjid, Senin (27/12/2021).
Rombongan terdiri Ketua Takmir Masjid Ahmad Dahlan Gresik, Anas Tohir SAg MPd, Takmir Masjid At-Taqwa PPS Drs Djamiat, Masjid Sabilillah Melirang Bungah Farid, Masjid Mujahidin Sembayat Mahmudi, Masjid Al-Aqsa Sukomulyo GKB Husnul Khuluk MPd, dan Masjid Al Qalam Gresik Muhammad Naufal Lc MSi.
Agus Abadi menyampaikan, Masjid Jogokariyan mengutamakan melayani tamu Allah. ”Kita adalah pelayan tamu-tamu Allah. Menjamin tamu Allah yang datang ke sini dengan bersikap dermawan, sopan, santun dan baik hati pada tamu,” ungkapnya.
Melayani tamu Allah, lanjutnya, merupakan spirit surat al-Maidah: 12. Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan kami telah mengangkat dua belas pemimpin di antara mereka. Allah berfirman,” Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasulKu dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia tersesat dari jalan yang lurus.
Karena itu, sambung dia, takmir masjid perlu membuat jamaah merasa aman dan nyaman dengan pelayanan yang optimal. ”Agar jamaah nyaman berlama-lama di masjid,” ujarnya.
Mengganti Barang Hilang
Keamanan menjadi masalah penting bagi para tamu Allah. Siapapun yang datang ke Masjid Jogokariyan harus merasa aman dan nyaman. ”Ada lima sekuriti yang bertugas secara bergiliran. Jika ada sepatu atau sandal jamaah yang hilang. Akan diganti dengan barang yang sama. Sepatu atau sandal yang mahal dan bagus sekalipun akan kita ganti,” tutur Agus Abadi.
Jika ada yang kehilangan dompet, kata dia, diganti uangnya bahkan kita beri sangu agar sampai ke rumah, kemudian diantar ke terminal.
Kalau ada orang gowes, sepedanya hilang juga kita ganti. ”Kecuali suami atau istri yang hilang, nah itu baru kita gak jamin. Cari sendiri saja,” candanya disambut tawa para takmir.
Dia melanjutkan, ”Di sini, imam adalah imam yang terbaik. Dia Juara MTQ mahasiswa tingkat nasional. Karpetnya juga kualitas terbagus. Karpet lama alias buldus meskipun disumbang, kita akan kembalikan. Saya suruh bawa pulang,” tegasnya.
”Takmir masjid beli karpet terbaik seperti Masjid Nabawi. Jadi masjid itu menyejahterakan jamaah. Seperti orang kaya yang memberikan layanan memuaskan. Kita punya mobil sampai lima itu untuk pelayanan,” ucapnya.
Dia berpesan yang perlu diperhatikan bagi para takmir adalah kotak amal. ”Di sini kotaknya banyak. Ada kotak parkir, kematian, pembangunan, pelayanan, beras untuk jamaah dan lain-lain sesuai peruntukannya. Lubangnya dibuat panjang lebar, agar uang lembaran sampai jutaan bisa masuk,” tuturnya.
Tentang semangat berinfak, dia mengatakan,”Kalau mengisi kotak infak seribu, maka widodarinya ya seharga seribu. Jadi masukkan infak sesuai dengan pelayanan yang didapatkan ketika di masjid.”
Peran Media Sosial
Agus Abadi mengatakan, Masjid Jogokariyan ini terkenal karena kegiatan jamaahnya dimuat di media sosial. ”Dengan media sosial bisa menghadirkan simpati. Seperti model orang kaya cari uang jadi Youtuber atau selebgram.”
”Saldo kas selalu nol rupiah, tandasnya. Gak usah disimpan lama-lama. Ibaratnya kalau bertamu disuguhin habis maka akan dijok lagi. Uang yang didapat kita keluarkan. Disalurkan kepada 387 kepala keluarga yang kita bantu sembako. Yang terlilit utang. Bahkan untuk mereka yang butuh modal usaha,” tuturnya.
Untuk menggerakkan perekonomian warga, cerita dia, masjid mengadakan pasar rakyat di halaman dan sekitar masjid. Itu sejak Agustus 2021 pada hari Sabtu dan Ahad digelontorkan Rp 300 juta.
”Kita bagikan setiap jamaah terutama untuk membantu 86 pedagang. Sehingga mereka terbantu kesejahteraannya setelah dilanda pandemi Covid-19,” urainya.
Selalu Terbuka
Masjid Jogokariyan memiliki 150 personal pengurus. Mereka terbagi dalam 30 biro atau seksi. Organisasinya gemuk karena semua orang dirangkul. Termasuk preman.
”Sekretarisnya sarjana teknik. Jadi kalau ada perubahan bangunan masjid, kita serahkan. Ada klinik kesehatan. Paramedis siaga habis Magrib sampai jam 9,” katanya.
Masjid Jogokariyan juga memberikan bantuan korban bencana Gunung Semeru. Bentuk bantuan berupa abon daging. ”Saat penyembelihan hewan kurban, sebagian diolah menjadi abon sehingga bermanfaat untuk masyarakat lebh lama,” ujarnya.
Dia juga menegaskan, masjid ini selalu terbuka. Pintunya tidak pernah terkunci. Lampunya tidak dimatikan sampai matahari terbit. ”Welcome untuk siapa saja yang mau datang ke sini, silakan. Jangan ada bangunan yang padang kenclang-kenclang selain masjid. Kita contoh Masjid Nabawi sama Masjid Al Haram,” ujarnya.
Takmir Masji Al Aqsa Gresik, Husnul Khuluq, yang penasaran bertanya bagaimana awalnya mengundang jamaah sebegitu banyak untuk datang ke masjid.
Agus Abadi menjawab, cetak undangan seperti undangan manten. Undangan dengan kertas tebal, bagus, mengkilap dan bau wangi. ”Berikan pada yang bersangkutan. Lalu kita jamu dengan kultum dan sarapan bersama. Yang belum bisa shalat, kita ajari secara privat. Kita berikan perlengkapan shalat. Sehingga jamaah itu jadi suka dan tertarik. Mereka sungkan kalau gak datang. Undangannya kayak manten,” jelasnya.
Jadi, kata dia, gerakan ini adalah gerakan menshalatkan orang hidup. Kita datang dengan memberi sarung dan mukena. Diajari privat gratis ke rumah-rumah.
”Kalau belajar shalat di masjid malu. Diajari tentang bacaan dan gerakan shalat. Waktunya terserah mereka. Mangke kula ajari, kapan bapak sagete, ngoten,” pungkasnya. (*)
Penulis Estu Rahayu Editor Sugeng Purwanto