PWMU.CO– Imam Masjid An Nur di kompleks Perguruan Muhammadiyah Sidoarjo, Muhammad Yasak, wafat, Jumat (4/2/2022) pagi.
Sehari sebelumnya Muhammad Yasak yang juga karyawan tata usaha SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) dikabarkan mendadak sakit di WA grup Smamda.
”Mohon doa terbaik untuk Mas Yasak, saat ini dirawat di ruang ICU RS Bhayangkara Porong.” Tulis Daviqa Sukmawati di WA grup Smamda pukul 05.57 kemarin.
Doapun mengalir tanpa henti memohonkan kesembuhannya. Ada juga yang merasa kaget, ada apa gerangan sehingga Mas Yasak masuk rumah sakit.
”Semalam jam 11 Mas Yasak jatuh dari kasur. Terus tidak bisa bergerak bagian tubuh sebelah kiri. Akhirnya dibawa ke RS Pusdik Porong, rawat inap,” lanjut perempuan yang menjadi teman aktivis Yasak.
Rupanya kondisinya belum stabil. Bahkan makin memburuk. ”Jam 03.30 tadi pagi tidak sadarkan diri, lalu dirawat di ICU,” tambah guru BK Smamda ini.
Kondisinya tak kunjung baik sehingga harus diberi tindakan jantung. Pukul 07.45 Yasak dinyatakan meninggal. Dia dimakamkan di kampungnya Gempol usai shalat Jumat.
Yasak dikenal sebagai imam Masjid an Nur rutin saat shalat Duhur dan Asar. ”Kemarin masih ngimami shalat Duhur di Masjid an-Nur. Yasak biasa shalat tepat waktu. Kadang juga menjadi imam shalat Magrib.
Muhammad Yasak bekerja di bagian pelayanan umum. Hari Rabu dan Kamis masih masuk sekolah. Bekerja seperti biasanya. ”Mas Yasak karyawan yang rajin. Jika bukan karena sakit dan uzur pasti masuk dan mengimami shalat,” ujar Hafidun teman kerjanya.
Kepala Smamda Wigatiningsih menyampaikan, akan memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak Yasak. Dia meninggalkan dua anak. Sulung kelas 2 SD dan anak kedua kelas 1 SD. Calon anak ketiga masih dalam kandungan usia delapan bulan. ”Insyaallah akan kami bantu biaya pendidikan anak-anak Mas Yasak. Nanti kami bayarkan langsung di sekolahnya,” ungkap Wigatiningsih.
Pemberian beasiswa dibahas dengan istri Yasak mengenai teknis dan lamanya. ”Insyaallah nanti juga akan diberikan kemudahan masuk Smamda seperti anak guru dan karyawan Smamda yang lain,” pungkas Bu Wigati.
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto