Fenomena Nosebo, Efek Samping Vaksinasi Covid-19? Liputan Isrotul Sukma, kontributor PWMU.CO Bangkalan.
PWMU.CO – Kementrian Kesehatan memprediksi puncak Omicron di Indonesia akan terjadi pada akhir Februari 2022. Diperkirakan kasusnya akan 2-3 kali lebih banyak dibandingkan varian Delta.
Oleh sebab itu peningkatan cakupan vaksinasi dan vaksinasi ketiga (booster) di Indonesia perlu terus ditingkatkan agar segera mencapai herd immunity.
Sehubungan dengan percepatan program vaksinasi Covid-19, akhir-akhir ini telah beredar berbagai info tentang adanya keterkaitan efek samping vaksin Covid-19 dengan fenomena nosebo.
Lantas, seperti apakah fenomena nosebo dan bagaimana kaitannya dengan efek samping vaksinasi Covid-19?
Berikut ini hasil wawancara dengan Prof Dr Maksum Radji, Guru Besar bidang Mikrobiologi Molekular, Prodi Farmasi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul Jakarta.
Wawancara konibutor PWMU.CO Isrotul Sukma dengan Pembina Pondok Pesantren Babussalam Socah, Bangkalan, Jawa Timur, itu dilaksanakan secara daring Kamis (3/02/2022).
Apa fungsi plasebo dalam uji klinik vaksin?
Umumnya metode uji klinik yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas vaksin dilakukan dengan cara uji tersamar acak ganda (double blind randomized control trial) dengan vaksin dan plasebo.
Plasebo adalah sediaan yang dikemas mirip dengan sediaan vaksin yang akan dilakukan uji klinik, namun plasebo tidak memiliki efek medis, karena tidak mengandung senyawa berkhasiat.
Dalam sebuah uji klinik dengan cara tersamar acak ganda ini dilakukan dengan cara membandingkan efek obat atau vaksin dari dua kelompok sukarelawan/subjek penelitian.
Terhadap kelompok pertama, diberikan larutan yang mengandung obat atau vaksin. Sedangkan pada kelompok kedua, diberikan larutan kosong yang tidak mengandung obat—yang disebut dengan plasebo.
Uji klinik disebut tersamar karena setiap sukarelawan tidak mengetahui apakah mereka menerima vaksin atau menerima larutan kosong (plasebo).
Setelah pelaksanaan uji klinik dilakukan maka peneliti akan memantau dengan cermat baik efek farmakologis dari obat atau vaksin yang diuji ataupun efek samping yang ditimbulkannya dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan plasebo.
Setelah itu, data yang diperoleh dievaluasi dan dibandingkan secara statistik, antara kedua kelompok sukarelawan tersebut untuk mengetahui efektivitas, keamanan dan efek samping dari hasil uji klinik tersebut.
Tujuan dari perlakuan tersebut adalah untuk menentukan efektivitas obat atau vaksin baru. Jika sukarelawan yang diberikan senyawa berkhasiat atau suntikan vaksin menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan sukarelawan yang menggunakan plasebo, maka hasil penelitian ini dapat mendukung klaim keefektifan obat atau vaksin tersebut.
Selain itu, peneliti juga dapat mengamati adanya efek samping yang mungkin terjadi akibat penggunaan senyawa berkhasiat atau vaksin yang diuji. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil uji klinik yang dilakukan, apakah memiliki potensi manfaat yang lebih besar daripada risikonya.
Baca sambungan di halaman 2: Apakah yang dimaksud dengan fenomena nosebo dan bagaimana kaitannya dengan efek samping vaksin Covid-19?