PWMU.CO– Manasik haji SMP Miosi (SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo) diadakan di halaman sekolah pukul 08.00. Peserta terdiri siswa kelas 9.
Pembimbing manasik haji SMP Miosi Muhammad Basir SPdI MThI menjelaskan persiapan manasik. Penjelasan dibuka dengan surat Ali Imran ayat 97. ”Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi yang orang-orang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya dari seluruh alam.”
Muhammad Basir menuturkan, haji diwajibkan dengan lima syarat yaitu Islam, berakal, baligh, merdeka, dan mampu. Perbedaan antara umrah dan haji pada tata caranya.
”Haji ada wukuf di Arafah, melempar jumrah di Mina, dan mabit atau menginap di Muzdalifah,” jelasnya. ”Sedangkan umrah hanya thawaf tujuh kali mengelilingi Kakbah dan sai antara Shafa dan Marwah juga tujuh kali.”
Siswa SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo terlihat bersemangat ketika melafadhkan bacaan Talbiyah. ”Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarikalaka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulka la syarika laka,” ucap mereka serempak dengan penuh semangat.
Siswa Miosi termotivasi untuk berangkat haji setelah mengikuti manasik haji. Manasik ini membuat mereka merindukan Kakbah dan Mekkah. ”Saya jadi tahu tata cara haji sekaligus mempraktikkannya. Saya jadi tahu perbedaan antara tata cara haji dan umrah. Selain itu saya termotivasi agar suatu saat bisa berangkat haji,” kata Muhammad Abi Putra, salah satu peserta manasik.
Koordinator Ismuba Miosi, Idris, menjelaskan, tujuan diadakan manasik haji ini supaya siswa mengetahui secara teori dan praktik terkait ibadah haji dan umrah.
”Ibadah haji mencakup berbagai hal yang perlu disiapkan, di antaranya ilmu, keimanan, mental, harta, kesehatan, fisik, persiapan keluarga. Keluarga yang ditinggalkan jangan sampai kekurangan. Selain itu juga memotivasi siswa Miosi menjadikan ibadah haji sebagai salah satu prioritas dalam hidup mereka. Siswa Miosi lebih memahami ibadah haji melalui kegiatan manasik ini,” jelas Idris.
Lebih lanjut Idris menjelaskan pandangannya terkait ibadah haji. ”Pergi ibadah haji sebenarnya bukan pergi tetapi pulang sejenak, karena nenek moyang kita dari sana,” tuturnya. (*)
Penulis Mahyuddin Editor Sugeng Purwanto