PWMU.CO – Penghafal al-Quran itu ibarat penggembala unta. Jika unta terlepas dari ikatannya, itu karena penggembalanya tidak menjaganya dengan benar.
Hal tersebut disampaikan Ustadzah Rose Anita Rona, pembina santriwati Pondok Pesantren At-Taqwa Muhammadiyah Kranji, Paciran, Lamongan pada ujian tasmi’ al-Qur’an yang digelar Jum’at (4/3/2022).
Pondok Pesantren At-Taqwa Muhammadiyah Kranji menyelenggarakan Ujian Tasmi’ sebagai kegiatan mingguan. Rutinitas ini dilaksanakan setiap Hari Jum’at dengan harapan agar santri senantiasa menjaga al-Qur’an.
Ustadzah Rose Anita menuturkan, menghafal al-Qur’an itu diibaratkan dengan unta yang terlepas dari ikatannya, sebab penggembalanya tidak menjaganya dengan benar. Begitu pula dengan hafalan al-Qur’an. Apabila tidak dijaga dengan baik, maka akan hilang dari ingatan kita.
Dalam acara tersebut santri memperdengarkan hafalannya di hadapan para ustadzah dan seluruh santri sesuai dengan kategori yang ia dapatkan. Karena kegiatan ini merupakan kegiatan baru di ruang lingkup At-Taqwa, maka kategori yang dicanangkan yaitu setengah juz dan 1 juz bil ghaib.
“Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan untuk melatih mental santri agar terbiasa tampil di depan umum. Dengan memanfaatkan waktu kosong agar tidak terbuang dengan sia-sia. Hafalan yang hilang bisa dicari, tapi waktu yang hilang tidak bisa kembali lagi,” imbuh Ustadzah Rose.
Kegiatan Perdana
Kegiatann ini merupakan kegiatan perdana di lingkungan At-Taqwa. Kegiatan ini menjadi gebrakan baru untuk menghilangkan rasa malas santri dalam mengulang hafalannya.
Seluruh santri begitu antusias mengikuti acara tersebut. Hal ini terlihat dari kesungguhan mereka dalam memurojaah hafalannya untuk ditampilkan di depan seluruh santri dan musyrifah.
Nadia Amelia, salah satu santri asal Gresik telah mengikuti kegiatan tasmi’ kategori 1 juz. Ia disimak langsung oleh musyrifah dan para santri. Selain itu juga ada beberapa santri lainnya yang telah mengikuti ujian tasmi’ bil ghaib.
“Saya senang dengan adanya kegiatan ini, karena saya lebih semangat untuk memurajaah hafalan. Tanpa adanya kegiatan tasmi’ ini saya rasa hafalan yang lalu susah untuk dihafalkan lagi. Namun adanya kegiatan ini, membuat pola pikir saya berubah,” ujarnya.
Tidak ada gading yang tak retak. Sejatinya kesalahan dan kekurangan sudah menjadi bagian dari manusia. Tugas kita hanyalah menjaga agar gebrakan ini selalu terlaksana, dan memberikan dampak besar terhadap anak didik. Kedepannya, ujian ini akan terus dipantau dan dievaluasi demi terwujudnya santri tahfidz yang hamilul qur’an. (*)
Penulis Sifa’ul Qolbi Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni