Teuku Wisnu: Orangtua juga Bisa Durhaka pada Anaknya, liputan Riska Oktaviana kontributor PWMU.CO Surabaya
PWMU.CO – Teuku Wisnu berbagi pengalaman dalam mendidik dan membersamai buah hati dalam Webinar dan Talkshow Parenting Ayah Sholih 5.0 Berkualitas Meski Terbatas, Sabtu (26/3/2022).
Acara yang digelar secara daring via Zoom Cloud Meetings dan live YouTube ini diikuti seluruh wali murid, guru dan karyawan Sekolah Kreatif SDM 16 Surabaya dan masyarakat umum.
Di awal berbagi pengalamanya mendidik anak, Teuku Wisnu mengaku tertarik belajar parenting dari awal nikah, istri hamil sampai sekarang karena kurangnya ilmu yang didapat karena keterbatasan orangtua. “Tapi dari situ bisa diambil pelajaran ketika masih kecil bagaimana pola pengasuhan dari orangtua,” katanya.
Di satu sisi, lanjutnya, itu menjadi trigger bagaimana nanti menerapkan pola asuh anak kita seperti apa. “Kita harus mengedepankan nilai-nilai agama untuk anak kita,” ujarnya.
Ia mengatakan, ketika kita ngomong kata-kata durhaka yang terngiang-ngiang itu anak kepada orangtua. Pasti orang selalu beranggapan bahwa durhaka itu adalah anak kepada orangtua saja. “Ternyata ada satu kisah pada masa Umar bin Khattab ada seorang ayah yang durhaka pada anaknya,” katanya.
Kisah Orangtua Durhaka pada Anaknya
Suami Shireen Sungkar ini mengkisahkan seorang ayah yang menyeret putranya untuk dihadapkan kepada Umar bin Khattab. Di depan Umar, lanjutnya, orangtua itu mengadukan kelakuan putranya yang tak mau menghormati dan durhaka padanya. “Mohon nasihati dia, wahai Amirul mukminin!” kata orangtua itu.
Umar lalu menasihati anak lelaki itu. “Apa kamu tak takut kepada Tuhanmu sebab ridha-Nya tergantung ridha orangtuamu.
”Tak disangka-sangka anak itu berbalik tanya: ‘Wahai Khalifah! Apa di samping terdapat perintah anak berbakti kepada orangtua, terdapat juga ajaran orangtua bertanggung jawab kepada anaknya?’” tanyanya.
Umar bin Khattab menjawab: “Ya, benar ada! Seharusnya seorang ayah menyenangkan dan mencukupi nafkah istri sekaligus ibu dari putra-putrinya, memberikan nama yang baik kepada putra-putrinya, serta mengajari putra-putrinya al-Quran dan ajaran agama lainnya”.
Mendengar penjelasan Umar bin Khattab, anak laki-laki itu membalas: “Jika demikian, bagaimana aku berbakti kepada ayahku? Demi Allah, ayahku tak sayang kepada ibuku yang diperlakukan tak ubahnya seorang hamba sahaya. Sekali dia mengeluarkan uang untuk ibuku, sebanyak 400 dirham untuk menebus ibuku. Dia juga tak menamaiku dengan nama yang baik. Dia juga tak mengajariku mengaji, satu ayat pun!” kata anak lelaki itu.
Seketika itu Umar bin Khattab berpaling, matanya memandang tajam ke arah orangtua anak itu, sambil berkata: “Kalau begitu bukan anakmu yang durhaka, tetapi kamulah orangtua durhaka!”
Dari kisah itu, sambungnya, orangtua itu bisa juga durhaka kepada anaknya. “Artinya orangtua itu bisa berdosa kepada anaknya ketika tidak melakukan sesuatu yang sangat prinsip sebenarnya soal agama,” kata Wisnu.