Islamic Young Leadership di Baitul Arqam SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Musasi). Liputan Farah Az Zahra Asmara, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – SMP Musasi menggelar Baitul Arqam di bulan suci Ramadhan 1443 H. Bertema “Optimalisasi Peran Pelajar Muhammadiyah menjadi Kader Militan Persyarikatan, Umat dan Bangsa”, kegiatan ini diharapkan menjadi momen perkaderan para siswa untuk menjadi pemimpin Islam.
Menurut Staf Bidang Ismuba Nur Kholifah SPdI, para peserta Baitul Arqam SMP Musasi kelak diharapkan dapat menjadi pemimpin. “Baik bagi dirinya sendiri, keluarga, Persyarikatan, maupun bangsa dan negaranya,” ujar Olif, sapaannya, Sabtu (16/4/22).
Islamic Young Leadership
Kegiatan Baitul Arqam Musasi digelar mulai 4 April 2022 dan dilakukan penuh sepanjang bulan Ramadhan. Di dalamnya ada pembiasaan shalat dhuha dan tadarus al-Quran.
“Terdapat juga materi pembentukan karakter Islamic Young Leadership. Ada empat poin cakupan, yakni ajaran Islam (aqidah, akhlak, ibadah dan muamalah duniawiyah) yang akan disampaikan ke siswa. Mulai dari aqidah (penguatan ketauhidan), keimanan dan ketakwaan mereka melalui beberapa materi tentang TBC (tahayul, bid’ah, churafat),” jelas Olif.
Termasuk akhlak, yakni bagaimana adab yang baik dalam kehidupan sehari-hari karena Allah. Ketiga adalah ibadah, tentang amalan ubudiyah masing-masing dari mereka, yakni memiliki kesadaran sebagai hamba Allah SWT. Juga muamalah, yaitu cara berinteraksi sosial secara syariat. “Materi wajib yaitu Kemuhammadiyahan, sebagai ciri khas perkaderan di sekolah-sekolah Muhammadiyah,” ungkapnya.
Kader Muhammadiyah Militan
Kegiatan kali ini, sambung Olif, berbeda dengan sebelumnya. Menyesuaikan tema, tahun ini SMP Musasi ingin mengoptimalkan tercapainya kader Muhammadiyah yang militan.
“Sebelumnya hanya dua hari, namun bermalam dan fokus pada perkaderan Pelajar Muhammadiyah. Kali ini memiliki pembahasan yang lebih luas cakupannya. Muatan materi yang disampaikan juga lebih banyak dari masing-masing poin,” terang dia.
Para siswa, kata dia, masih ada yang belum paham betul kaifiyah shalat serta wudhu. Juga bagaimana ketika menjadi makmum masbuk. “Melalui kegiatan inilah pengetahuan siswa-siswi itu dimantapkan dan disempurnakan, supaya tidak setengah-setengah dalam memahami aturan dalam Islam sesuai yang diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah,” jelasnya.
Jadwal Baitul Arqam SMP Musasi diatur secara bergiliran dari pekan pertama hingga ketiga, yakni untuk kelas IX, VIII, dan VII. Setiap Jumat, para siswa tinggal disekolah dan baru pulang setelah melaksanakan shalat tarawih berjamaah di sekolah. “Tujuan utamanya, kami ingin menggugah siswa-siswi untuk semangat shalat berjamaah lima waktu. Meskipun subuhnya tidak di sekolah, paling tidak dhuhur, ashar, maghrib dan isya dilakukan secara berjamaah bersama-sama di sekolah,” tutur Olif.
Dia juga menjelaskan alasan mengapa Baitul Arqam tahun ini tidak jadi dilakukan dengan bermalam. “Karena masih mengharuskan penggunaan masker di tempat umum, dikhawatirkan para siswa akan merasa terganggu dan tidak nyaman jika harus mengenakan masker seharian, mulai dari berkegiatan hingga tidur,” jelasnya.
Sekolah, sambungnya, berharap para peserta Baitul Arqam benar-benar menjadi kader militan, calon pengganti kita kelak, dan berani berdakwah menyampaikan yang benar. “Sesuai tujuan perkaderan, yakni beramar makruf nahi mungkar. Apa yang telah mereka terima bisa diamalkan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat,” kata Olif.
Perjuangan Sang Mama
Salah seorang peserta Shafa Kahila Putri Sangadji mengatakan, ada yang berkesan dalam Baitul Arqam SMP Musasi tahun ini, yakni saat kegiatan muhasabah. Sejak awal dia dan teman-teman sudah deg-degan ketika memasuki aula, karena disambut musik sedih. Dia teringat perjuangan sang mama dalam merawat dan membesarkannya. Mengingat kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya selama ini. Dia dan teman-temannya tak menyangka akan menangis.
“Kami juga diminta membuat surat pengakuan terhadap orangtua. Isi suratnya meminta maaf jika sudah sering berbuat salah pada mama. Ucapan terima kasih atas semua yang sudah mama berikan. Juga minta doa ke mama, agar bisa jadi anak yang bisa selalu membanggakan mama,” ujarnya.
Kultum Ramadhan
Nuno Vai Satriany, siswa kelas IX-D, juga mengapresiasi positif kegiatan ini. Yakni pembahasan materi tentang amar makruf nahi mungkar. Sikap ini, menurutnya, sangat baik jika diamalkan oleh remaja saat ini. Dia juga merasa senang bisa berbuka bersama teman-temannya. Shalat maghrib dan tarawih berjamaah di sekolah menambah nilai plus bagi dirinya.
“Semoga durasinya bisa ditambah lagi, karena saya merasa materi yang disampaikan benar-benar berkaitan dengan kondisi remaja saat ini,” ungkapnya.
Sementara Fahmi Abidira Susilo, siswa kelas VIII-F mengaku berkesan saat diajarkan membuat kultum. Dia merasa kesusahan saat memilih kata-kata agar mudah ditangkap dan dipahami oleh orang lain. Namun hal itu tidak menjadi masalah.
“Kegiatan ini sangat excited. Belum tentu sekolah lain mengajarkan hal yang sama. Kegiatan yang mengasyikkan, karena bisa menambah wawasan ilmu agama serta melatih keberanian,” ucapnya. (*)
Islamic Young Leadership di Baitul Arqam SMP Musasi, Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.