Dilema KBBI Vs Google; Kolom bahasa oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.
PWMU.CO – Pilih ejaan baku atau maunya mesin pencarian? Bagi saya itu sebuah dilema, meski tingkatannya tidak sampai memakan buah simalakama (Phaleria macrocarpa atau mahkota dewa). Sebuah pepatah yang menggambarkan seseorang yang berada di antara dua pilihan sulit: dimakan ibu mati, tak dimakan ayah yang mati.
Memilih Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) versus Google dan mesin pencarian sejenis bukan pilihan hidup mati, meski keduanya memiliki risiko.
KBBI Vs Google adalah soal pilihan: patuh pada bahasa baku atau pada bahasa populer? Dan sebagai redaktur media, itu sebenarnya pilihan dilematis.
Misalnya saat saya mau menulis judul artikel yang mengandung unsur kata khutbah. Menurut KBBI, penulisan yang benar entri tersebut adalah khotbah (pakai ‘o’ bukan ‘u’).
Tapi jika kita survei kecil-kecilan melalui mesin pencarian di internet—Google misalnya—maka hasilnya banyak merujuk pada judul yang dekat dengan terminologi Nasrani. Misalnya Khotbah Kristen Singkat yang Menyentuh Hati di Ibadah Minggu.
Padahal saat menulis judul dengan kata itu, niat saya agar artikel tersebut SEO-able dan banyak dicari oleh para khatib untuk referensi khotbah Jumatnya.
Berbeda jika kita mencari kata itu dengan menuliskan khutbah, maka link-link artikel atau berita yang muncul akan berkaitan dengan terminologi Islam. Seperti artikel ini, Khutbah Jumat: Mempersiapkan Bekal sebelum Kematian.
Fidyah atau Fidiah?
Begitu juga saat akan membuat judul dengan kata fidyah, yang menurut KBBI harusnya fidiah—yakni denda (biasanya berupa makanan pokok, misalnya beras) yang harus dibayar oleh seorang Muslim karena melanggar salah satu ketentuan dalam ibadah puasa karena penyakit menahun, penyakit tua yang menimpa dirinya, dan sebagainya,
Jika kita memaksakan menggunakan fidiah maka artikel itu akan sulit ditemukan orang di internet. Sebab oleh Google, saat kita mencari kata fidiah, dengan pedenya, dia menyarankan: Mungkin maksud Anda fidyah (ditulis dengan huruf berwarna merah). Capek deh!
Mengapa yang terekam di Google kata fidyah bukan fidiah? Karena sebenarnya Google itu mengikuti kemauan mayoritas meski salah. Artinya banyak orang yang mencari kata di mesin pencarian dengan menuliskan fidyah sehingga menjadi algoritme Google. Dan itulah kebenaran (bahasa) versi Google.
Masih banyak contoh kata seperti itu, yang mengharuskan kita memilih apakah taat pada kebenaran (bahasa) atau pada kemauan orang banyak (mayoritas) yang teralgoritme oleh Google.
Baca selengkapnya di halaman 2: Bagaimana solusinya?