Belajar Tauhid dari Tangisan Bayi; Liputan Eli Syarifah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Sabtu pagi yang cerah, 27 Agustus 2022, di Gazebo Siwalan dan Gazebo Jati SD Almadany berkumpul para guru, karyawan, dan anggota PRM Kedanyang melaksanakan pengajian rutin per akhir bulan.
Pengajian dibuka oleh Shodiqin SAg. Dia berkelakar, kalau pengajian kali ini akan diisi oleh Ustadz Sam. “Bukan Ustadz Sam yang biasa memberikan pengajian di salah satu stasiun TV ya, tapi Ustadz Sam yang mengajar di SD Almadany,” ujarnya disambut senyum peserta.
Yang dimaksud Ustadz Sam adalah Samsuddin SPd—guru Mata Pelajaran Al-Islam dan Bahasa Arab SD Almadany. Pria kelahiran Bojonegoro ini awalnya meminta maaf atas sedikit keterlambatan datang di pengajian pagi itu.
Dan sempat kaget, “Saya kira peserta pengajian cuma guru-guru SD Almadany.” Maklum, dia adalah guru baru di tahun pelajaran 2022-2023 ini.
Selain guru, hadir Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kedanyang H Sutrisno AF dan anggota PRM lainnya. Ketua Majelis Dikdasmn PRM Kedanyang Hilmi Azis MPdi juga hadir.
“Pada kesempatan ini saya sedikit menyampaikan pengalaman pribadi saya yang baru dikaruniai seorang putri pertama (berumur 10 hari) yang tiap malam masih bergadang untuk membantu istri menenangkan sang bayi yang menangis,” Ustadz Sam bercerita
Dia kemudian mengambil hikmah dari pengalaman barunya menjadi seorang ayah. Bahwa seorang bayi ini tidak dapat bicara cuma menangis, tapi dengan tangisan itu teratasi masalah yang ia hadapi. Misal karena lapar, maka diberikanlah ASI oleh sang ibu, ketika ia buang air dan tidak nyaman maka digantikanlah popoknya.
“Hikmah yang bisa kita ambil dari sini adalah kita belajar untuk menguatkan tauhid, bahwa manusia sepenuhnya bergantung kepada Allah SWT,” ujarnya.
Baca sambungan di halaman 2: Amalan Surga