Nonton Bareng, Smamda Sesaki Auditorium Umsida. Liputan Ernam, Kontributor PWMU.CO Sidoarjo
PWMU.CO – Pagi itu, Auditorium KH Mas Mansur Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) memerah. Bukan karena bara api, tapi karena siswa-siswi Smamda yang berseragam merah memenuhi ruangan untuk nonton bareng (nobar) film Cita-citaku Setinggi Balon, Kamis (7/9/2022).
Film besutan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu sedang ditayangkan di Umsida dan ditonton oleh seluruh siswa sekolah Muhammadiyah Se-Sidoarjo.
“Alhamdulillah siswa Smamda bisa nonton bareng film Cita-citaku Setinggi Balon. Sebanyak 1048 siswa menonton film ini didampingi Bapak Ibu guru,” terang Silwana Mumthaza, pembina Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Kepada PWMU.CO, Silwana mengatakan, seharusnya siswa yang menonton jumlahnya 1259, tetapi banyak yang sakit. Sejak pukul 07.40 WIB seluruh siswa Smamda sudah diarahkan menuju auditorium Umsida.
Mengingat posisi SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) dan Umsida berdampingan, hanya dipisahkan masjid An-Nur, maka siswa Smamda berjalan kaki menuju Umsida.
“Seluruh guru mendampingi siswa agar acara nobar berjalan tertib dan hikmat. Juga menjadi inspirasi bagi siswa dan juga guru,” lanjut guru biologi Smamda itu.
Acara nobar ini hanya diisi siswa Smamda. Lantai bawah penuh, tribun juga penuh. Laki-laki dan perempuan terpisah. Siswa berseragam kaos merah bawahan hitam sehingga suasana auditorium merah membara.
“Ini memang seragam hari Kamis, kaos merah bawahan hitam. Saat nonton, membuat suasana merah membara karena pantulan cahaya dari layar LED,” tambah perempuan yang akrab disapa Bu Sil ini.
Penuh Gelak Tawa
Film Cita-citaku Setinggi Balon ternyata memuat unsur komedi, terbukti siswa Smamda selalu tertawa saat adegan lucu. Film ini menceritakan perjalanan Abid dan Seno dalam mewujudkan cita-cita Seno, sunat.
Berlatarbelakang suasana pandemi, membuat Bapak Seno mengalami kesulitan ekonomi, karena tidak bisa berjualan. Profesinya sebagai penjual balon terhenti karena selama pandemi dilarang berjualan, juga tidak ada orang yang mau membeli balon. Sementara Seno harus sunat karena sudah besar dan teman-temannya sudah sunat semua.
“Awalnya saya menduga mungkin Seno menulis cita-citanya, diterbangkan di balon, lalu ditemukan orang, dan dibantu,” urai Ibu dua anak ini.
Dugaan Silwana hampir benar. Sutradara menyusun cerita seperti yang diduga Silwana, tapi penyelesaian atau endingnya berbeda.
“Malah bisa sunat gara-gara jualan koran bekas. Koran sisa yang memuat kata-kata tertentu, dipotong-pontong untuk surat Seno yang kemudian diterbangkan dengan balon,” terangnya.
Beberapa adegan lucu membuat penonton tertawa. Misalnya saat pesanan Bu RT tertukar, sehingga Abid bergaya ibunya Seno yang sedang masak.
“Tapi dari semua adegan lucu yang membuat tertawa, justru adegan saat Seno selesai sunat. Walaupun hanya terlihat kaki dan sarung sampai lutut, tapi dari gaya berjalan bisa ditebak bahwa Seno selesai sunat. Ending yang bahagia,” pungkasnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni