Angkat skizofrenia, cerpen siswa Smamda Sidoarjo melaju sampai tingkat nasional; Liputan Arief Hanafi, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – Zahwa Amalia Rabbani, siswa kelas XII IPS 4 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) meraih juara pertama menulis cerpen tingkat Kabupaten Sidoarjo, dalam ajang Festival Literasi Sidoarjo 2022, Kamis (8/9/22).
Mengambil tema kesehatan mental, siswa yang hobi menulis cerpen sejak SD tersebut menyisihkan ratusan peserta, hingga akhirnya menjadi finalis. Dia juga nantinya akan mewakili Sidoarjo ke tingkat Nasional.
Angkat Skizofrenia
Zahwa mengaku kaget ketika karyanya menjadi juara I tingkat kabupaten. Pasalnya, dia mengikuti lomba tersebu awalnya hanya ditunjuk oleh guru untuk mengikuti seleksi tingkat sekolah. “Awalnya saya ditunjuk sama Bu Risha untuk mengikuti seleksi tingkat sekolah. Waktu itu masih kelas XI semester 2. Setelah dinyatakan layak, akhirnya karya saya diikutkan lomba ke jenjang kabupaten,” ujarnya.
Karena jarak pengumpulan hingga pengumuman pemenang cukup lama durasinya. Hingga kemudian dia diundang ke Sun Hotel Bersama beberapa guru untuk menerima penghargaan. “Saat penganugerahan itu, diumumkan juga bahwa cerpen saya akan mewakili Kabupaten Sidoarjo dalam ajang yang sama namun tingkat nasional. Alhamdulillah bangga rasanya,” kata putri dari Fahul Muqorrobin, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Ngaban, Tanggulangin.
Zahwa mengatakan, jika tulisanya tersebut terinspirasi dari penyakit mental skizofrenia. Menurutnya, penyakit ini memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Informasi ini ia dapat dari buku dan beberapa video.
“Dari berbagai media informasi tersebut, akhirnya saya mengambil judul ‘Akara dari Desa Tak Bernyawa’, cerpen ini mengisahkan tentang perempuan berusia 20 tahun yang bernama Renjana. Dia mengidap penyakit skizofrenia. Di dalam alur cerita tersebut, pembaca diajak untuk berselancar dalam bayangan dan halusinasi Renjana,” tuturnya.
“Selain itu, dari karya tersebut sebenarnya saya ingin mengajak pembaca mengatahui alam pikiran penderita skizofrenia, tentu dengan cara berbeda. Bagi saya ini menarik, karena jarang yang menuliskan sebuah gangguan mental dalam sebuah alur cerita yang menarik,” ungkapnya.
Menulis Puluhan Cerpen
Bagi Zahwa, menulis cerpen adalah kebutuhan. Karena dengan konsisten menulis dia akan banyak memberi inspirasi pada banyak orang. “Menulis cerpen itu kan pasti ada pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca, nah saya berharap, dari pesan itu bisa bermanfaat untuk orang lain,” imbuhnya mantap.
Karena motivasinya tersebut, peraih juara III MTQ tingkat nasional ini sudah mengoleksi puluhan tulisan. “Dari tulisan-tulisan yang sudah saya buat, ada yang terbit di majalah, untuk tugas atau hanya menyalurkan hobi. Semua itu saya simpan dengan rapi, tidak menutup kemungkinan akan saya bukukan kelak,” pungkasnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.