![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/09/24352973_lafadz_allah_muhammad.jpg?resize=700%2C350&ssl=1)
Tiga yang Dibenci Allah dan Rasul-Nya; Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berdasarkan hadits riwayat Ahmad.
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلَاثًا قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأْدَ الْبَنَاتِ وَعُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ وَمَنَعَ وَهَاتِ. رواه أحمد
Dari Al Mughirah bin Syu’bah ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla membenci tiga hal bagi kalian.’ Lalu ditanyakanlah ketiga hal itu kepada beliau, maka beliau menjawab, ‘Banyak bicara dan banyak bertanya serta menyia-nyiakan harta’, Rasulullah ﷺ telah mengharamkan atas kalian untuk membunuh anak-anak perempuan, durhaka kepada ibu, dan menahan hak orang lain.” (HR Ahmad)
Rasulullah selalu mengajarkan kepada umatnya tentang akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang buruk. Akhlak yang mulia sungguh membahagiakan bagi lainnya dan akhlak buruk sebaliknya membuat orang lain menjadi tidak nyama bersamanya. Sebagaimana dalam hadits di atas Rasulullah menjelaskan tentang tiga hal yang dibenci Allah bagi seorang hamba, sesuatu yang dibenci atau tidak disukai oleh Allah adalah sesuatu yang harus dihindari karena dapat berakibat tidak baiknya bagi seseorang.
Jaga Mulut
Pertama, yang dibenci Allah adalah banyak bicara. Ada pepatah yang mengatakan lidah tak bertulang. Dengan begitu mudah sekali digerakkan untuk bicara. Sesungguhnya dari mulut ini ada dua yang harus diwaspadai yaitu apa yang keluar berupa ucapan dan apa yang masuk berupa asupan. Dua-duanya harus diwaspadai dengan hati-hati karena dapat berbuah keburukan bagi diri sendiri baik sesaat ataupun di waktu yang akan dating, lebih-lebih jika berdampak buruk di akhirat.
Maka tidak sepatutnya seorang hamba bersandar kepada apapun di dunia ini, yakni dengan merasa bangga, nyama dan tenang jika merasa memiliki harta dalam berbagai bentuknya, apalagi harta itu tidak jelas diambil dari yang halal atau haram dan subhat. Bangga dengan merasa memiliki harta benda manunjukkan ia telah menjadi budak dunia itu sendii, sehingga orientasinya adalah harta dan harta.
Sehingga mulut ini harus dijaga dari apa yang masuk dan apa yang keluar darinya. Banyak bicara seringkali ada bumbu kedustaan di dalamnya agar pembicaran menjadi semakin asik dan meyakinkan, kebiasaan ini akan berlanjut dan menjadi kebiasaan. Oleh karena itu berbicara seperlunya saja dan semanfaatnya saja, tentu saja diam lebih baik daripada berbicara yang tidak ada manfaatnya atau malah mengandung kemudharatan.
Banyak Bertanya
Manusia adalah makhluk yang pandai bicara (hayawanun naatiqun), sekaligus manusia makhluk yang dikarunia akal untuk berfikir dan menganalisa, maka manusia adalah makhluk yang suka berfikir dan berfikir berarti bertanya, bertanya berarti mencari jawaban. Dengan demikian Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyediakan jawaban-jawaban dari pertanyaan manusia itu, jawaban itu ada pada Firman Allah dalam al Quran dan juga Rasulullah berupa hadits beliau.
Dengan demikian, terhadap jawaban-jawaban itu janganlah manusia banyak bertanya. Bertanya dalam hal ini adalah dalam rangka menggugat atau dalam rangka menolak kebenaran itu sendiri dengan berbagai modus operandinya.
Begitulah manusia itu, kadang merasa superior sehingga seolah akal pikirannya itu merasa terhebat dan merasa ia adalah manusia yang paling luar biasa. Mereka lupa bahwa aklanya itu juga ciptaan Allah dan karunia yang besar dari-Nya, mengapa kemudian digunakan untuk berpikir dalam rangka menggugat firman Allah sebagai penciptanya.
Maka banyak bertanya dalam hal ini sangat dilarang, kecuali bertanya dalam hal-hal yang ia memang belum paham, akan tetapi setelah diberikan penjelasan dengan sesuai al-Quran dan as-Sunnah serta prilaku para sahabat-sahabat beliau maka janganlah ada keberatan lagi.
وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٖ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلٗا مُّبِينٗا ٣٦
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (al-Ahzab: 36)
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا ٦٥
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (an-Nisa’; 65)
Menyia-nyiakan Harta
Ketiga yang dobenci oleh Allah adalah menyia-nyiakan harta. Menyia-nyiakan dalam hal ini adakah termsuk perbuatan israf atau berlebih-lebihan atau pemborosan, atau hart aitu tidak digunakan sebagaimana mestinya yang dibutuhkan, juga tidak untuk diinfakkan sebagaian apalgi malag digunakan untuk hal-hal yang maksiyat.
Harta adalah Amanah, Amanah pertama dari mana ia dapatkan, dari jalan yang halal atau yang haram. Juga digunakan untuk apa yang sesuai kebutuhan, jangan hanya agar terlihat kaya atau banyak harta lalu membeli dengan barang-barang yang nilainya sangat mahal demi gengsi. Benarkah gengsi itu harus diperjuangkan? lalu apa hasil akhirnya? Ada harapan ap ajika gengsinya naik? Apa ada rasa takut diremehkan orang lain? Sederet pertanyaan yang sesungguhnya jawabannya adalah utopis dan bahwa aktifitas demikian sangat tidak berguna.
Terpenting dari itu adalah kualitas spiritualitasnya yang harus terus ditingkatkan, dengan cintanya seseorang dengan harta dan bersandar denganyya, menunjukkan tingkag spiritualitasnya sangat rapuh dan nyaris hilang dalam dirinya. Maka bagi seorang mukmin meyakini bahwa jatah rezekinya sudah pasti sesuai dan pas sebagaimana takdir Allah padanya, maka iapun tidak pernah risau dengan anugrah yang dimilikinya. Dengan demikian iapun tidak akan kikir jika mendapatkan anugrah yang melimpah. Wallahu a’lam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Tiga yang Dibenci Allah dan Rasul-Nya adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 2 Tahun XXVII, 30 September 2022/4 Rabiul Awal Shafar 1444
Discussion about this post