Bermuhammadiyah secara Simbolis dan Esensi oleh dr Tjatur Prijambodo MKes, Penasihat PRM Magersari Sidoarjo
PWMU.CO– Muktamar ke-48 Muhammadiyah-Aisyiyah di Surakarta telah usai. Seluruh Muhammadiyah provinsi bersiap menggelar Musyawarah Wilayah (Musywil).
Muhammadiyah Jawa Timur mendahului. Ponorogo ditetapkan sebagai tuan rumah Musywil ke-16 yang akan diselenggarakan pada 24-25 Desember 2022.
Salah satu agenda yang ditunggu adalah pemilihan pimpinan untuk periode lima tahun ke depan. Siapa dan seperti apa pimpinan yang akan mengisi sangat tergantung pada para pemilih.
Dalam bahasa sederhana, pimpinan di Muhammadiyah haruslah mereka yang bermuhammadiyah secara kaffah. Bermuhammadiyah secara simbolis dan esensi.
Sesuai KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), arti simbolis adalah lambang, menjadi lambang, mengenai lambang. Secara definisi, simbolik berarti sesuatu yang mewakili makna penting untuk disampaikan.
Bermuhammadiyah secara simbolis, berarti tidak takut, tidak ragu, dan tidak kuatir menunjukkan jati diri sebagai warga Muhammadiyah. Misalnya, memakai seragam Muhammadiyah adalah salah satu bukti bermuhammadiyah secara simbolis.
Maka pimpinan persyarikatan harus memberi contoh dengan memakai atribut Muhammadiyah. Punya NBM, di mobil, motor, dan rumah ditempeli stiker Muhammadiyah. Di tembok rumahnya terpajang foto KH Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah.
Sementara makna esensi menurut KBBI, adalah hakikat, inti, hal yang pokok. Esensi bisa dimaknai sebagai apa yang paling penting dari suatu hal, hakikatnya, atau inti dari sesuatu.
Orang yang membicarakan esensi berarti membahas pokok dari permasalahan. Bukan soal manifestasi yang tampak dari luar saja.
Bermuhammadiyah secara esensi, bermakna harus ada komitmen utama untuk mengikatkan diri pada paham agama dan sistem perjuangan Muhammadiyah secara utuh dan jelas. Tidak menduakan paham, misi dengan selain Muhammadiyah.
Paling fundamental menyitir 13 komitmen yang harus dimiliki oleh segenap pimpinan dan anggota Muhammadiyah yang disampaikan Prof Haedar Nashir, harus berdasarkan keyakinan, pemahaman dan pengamalan Islam sesuai dengan paham agama dalam Muhammadiyah.
Menjadi kurang elok jika pimpinan persyarikatan tidak patuh pada keputusan Majelis Tarjih dan Tajdid. Kurang pas jika pimpinan persyarikatan mengembangkan paham lain selain Muhammadiyah.
Selamat bermusywil ke-16. Semoga menghasilkan pimpinan yang bermuhammadiyah secara kaffah. Aamiin
Editor Sugeng Purwanto