Parenting MIM Mentaras Bahas 7 Kewajiban Orangtua pada Anak; Liputan Sukarni, Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Mentaras, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, mengadakan acara Silaturahmi dan Parenting bertema Menyiapkan Siswa yang Berprestasi dan Berakhlakul Karimah, Selasa (3/1/2023).
Hadir Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Mentaras Supardi SPd. Dia memotivasi wali murid agar mempunyai rasa memiliki dan menjadi bagian dari madrasah. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berkontribusi penuh kepada madrasah, bekerja sama antarguru dan wali murid, menjaga kerukunan antarsesama.
“Semua itu demi terwujudnya madrasah yang maju,” ujarnya.
Narasumber Irsyadul Ibad SAg MPdI menyampaikan materi teknik mendidik anak dengan baik dan benar. Menurut Kepala SMAM 7 Pantenan, Panceng, Gresik itu, ada tujuh hal yang wajib diberikan oleh orangtua kepada anak jika ingin mempertahankan karakter akhlakul karimah pada zaman milenial seperti sekarang ini.
Pertama, memberi pembelajaran tauhid. Tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat keesaan Allah. Di mana Allah itu satu, Dzat yang memiliki segala kesempurnaan dan tidak ada satu pun yang bisa menggantikannya.
Dia menjelaskan, kepada anak-anak, mempelajari tauhid tidak harus menggunakan cara yang formal atau serius. Melainkan bisa menggunakan cara yang menyenangkan seperti mengubah lirik lagu Burung Kakak Tua, menjadi lirik berbau keagamaan, seperti ini:
Allah, Tuhan saya
Tuhan saya Allah
kalau bukan Allah
Bukan Tuhan saya
Allah, Allah, Allahuakbar
Allah, Allah, Allahuakbar
Allah Maha Besar
Kedua, mengajarkan ilmu agama yang sempurna. Sebagai orangtua, membekali anak ilmu agama adalah suatu kewajiban. Anak terlahir fitrah. Orangtua yang akan mengarahkan agama yang akan dianut oleh anak.
“Maka dari itu, supaya anak tidak tersesat orangtua harus membekali anak dengan ajaran Islam,” pesannya.
Menurut dia, mendidik anak tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Tetapi juga jangan sampai orang Islam meniru pola hidup orang yang non-Islam. Seperti mengucapkan “Selamat Natal dan Tahun Baru”, merayakan ulang tahun anak dengan meniup lilin, memotong kue, dan memakai topi kerucut.
Berbakti pada Orangtua
Ketiga, mengajari berbakti kepada orangtua. Mengajari anak untuk berbakti kepada orangtua tidak hanya memberikan teori, melainkan dengan memberikan contoh. Bagaimana sikap menghargai orangtua, sikap sopan santun kepada orangtua, dan sikap tawadhu pada orangtua.
Keempat, membiasakan anak melakukan pekerjaan rumah. Mempersiapkan anak untuk mampu hidup secara mandiri harus dilakukan sedari dini. “Maka dari itu, orangtua tidak boleh lengah dalam mengajarkan pekerjaan rumah. Jangan sampai, ketika anak mulai tumbuh dewasa mereka masih bergantung kepada orangtua,” terangnya.
Mengajari anak melakukan pekerjaan rumah bisa dilakukan dengan contoh-contoh sederhana, seperti menata kamar tidur sendiri setiap pagi, mencuci piring makan sendiri, mencuci pakaiannya sendiri, dan lain-lain,” terang dia.
Kelima, mengajari sopan santun. Irsyadul Ibad menyampaikan, di zaman milenial ini, mempertahankan karakter sopan pada anak terbilang cukup susah. Karena pergaulan sekarang tidak hanya berlangsung di dunia nyata, melainkan juga di dunia maya.
“Anak sekarang banyak mencontoh apa yang mereka lihat di media sosial, yang tidak jarang konten yang tidak sengaja mereka tonton kurang mendidik. Akibatnya timbulah sikap anak yang menjadi kurang sopan,” paparnya.
Bagaimana jika sudah demikian? Maka sebagai orangtua, kata dia, kita harus senantiasa mengawasi pergaulan anak di dunia nyata dan dunia maya. Selain itu, pelajaran tentang sopan santun kepada yang lebih tua juga harus kita ajarkan.
Makanan Halal
Keenam, memberikan anak makanan yang halal. Makanan yang halal tidak hanya zatnya yang halal, tetapi juga cara mendapatkan makanan tersebut juga harus halal. Misalnya seorang ayah membawa buah mangga yang dia petik di kebun tetangga tanpa izin untuk anaknya.
Buah manga itu halal, tetapi karena cara yang dilakukan ayah mendapat buah manga tersebut dengan cara yang salah maka hukum buah manga tersebut menjadi halal.
“Memberikan asupan haram kepada seorang anak hanya akan menimbulkan keburukan untuk anak itu sendiri,” tegsanya.
Ketujuh mendoaakan anak. Irsyadul Ibad menerangkan, mendoakan anak adalah kewajiban orangtua. Seperti hal nya yang sudah dicontohkan oleh salah satu nabi yang sukses mendidik anak.
Hal itu tercermin dari doa Nabi Ibrahim dalam Surah as-Saffat ayat 100 yang berbunyi; “Rabbi hab li minas-salihin” Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shaleh!”
Maka, pesan Irsyadul Ibad, “Doakan terus seorang anak untuk menjadi yang anak yang shalih dan shalihah.”
Dia kahir materi dia memberikan kesimpulan dari materi yanhg disampaikan, yakni mendidik seorang anak adalah adalah suatu tanggung jawab yang besar. Orang tua harus selalu bijak dalam mendidik anak. Anak tidak boleh dibekali dengan ilmu dunia saja, tetapi juga harus dengan ilmu akhirat.
“Anak jangan hanya dituntut untuk berprestasi disekolah saja, tetapi harus selalu diajarkan untuk taat beribadah,” tuturnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni