Predator Puncak oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS dan Pendiri Rosyid College of Arts
PWMU.CO– Taman Nasional Baloeran salah satu taman nasional tertua di Indonesia yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Di Kecamatan Banyuputih Situbondo.
Di sini bisa menemukan ekosistem hutan, ekosistem savana, dan ekosistem pesisir. Salah satu penciri utamanya adalah spesies invasif yang mengancam banyak spesies endemik di Baloeran ini. Salah satu spesies langka di sini adalah banteng yang jumlahnya menyusut terus. Macan tutul atau macan kumbang juga.
Namun jelas, spesies yang paling invasif adalah manusia. Tidak hanya di Baloeran. Di mana saja. Harimau jawa yang habitatnya di TN Baloeran dan TN Meru Betiri kini tinggal beberapa ekor saja. Kalah bersaing dengan manusia Jawa. Sekalipun cakar harimau Jawa lebih kuat dan mematikan, terbukti bahwa manusia Jawa lebih merusak daripada harimau jawa. Manusia tetap mengambil peran sebagai predator puncak.
Sifat predator manusia ini sekaligus jalan bagi kepunahannya sendiri sebagai spesies yang paling terorganisasi. Keruntuhan ekosistem global berupa pemanasan global dan perubahan iklim adalah ancaman paling berbahaya bagi eksistensi manusia, di samping perang nuklir, tentu saja.
Walaupun kehadirannya di planet ini relatif baru, tapi kerusakan yang diakibatkan oleh ulah tangannya sudah mencapai satu titik yang mungkin irreversible.
Perang Ukraina vs Rusia yang sudah berlangsung berbulan-bulan ini telah memaksa Eropa untuk mengoperasikan kembali PLTN dan PLTU mereka yang berbasis fosil. Jika umat manusia harus mencapai tingkat konsumsi energi perkapita setara Eropa dan AS yang mencapai sekitar 10 kiloliter setara minyak pertahun, maka diperlukan empat bumi. Gaya hidup bangsa yang dengan congkak menyebut dirinya maju ini tidak patut ditiru.
Jika manusia terbukti sebagai spesies paling invasif, Noam Chomski mengatakan bahwa organisasi yang paling invasif di dunia ini adalah Partai Republik AS. Prestasi ini hanya bisa diimbangi oleh Partai Demokrat AS. Bukan oleh ISIS, Al Qaeda, ataupun Hamas, dan Taliban. Apalagi HTI dan FPI. Densus 88 Mabes Polri harus mengubah daftar terorisnya.
Di Indonesia, PKI pernah dilarang hingga saat ini. Golkar pernah nyaris bernasib seperti PKI saat awal Reformasi. Setiap partai berkuasa selalu berevolusi menjadi organisasi yang berbahaya. Juga berbahaya bagi demokrasi yang hiruk pikuk melahirkan dan membesarkannya.
Sejak UUD45 diganti UUD2002, partai politik telah menggusur Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai lembaga tertinggi negara Republik ini. Partai dan koalisinya telah memonopoli secara radikal politik sebagai barang publik.
Publik pemilih adalah jongos politik, sementara calon presiden adalah pengemis politik sekaligus petugas partai, jika bukan boneka oligarki. Tidak ada situasi yang lebih buruk dari monopoli politik oleh segelintir elite partai.
Saat ini, Republik ini nyaris seperti Roma di tangan Nero dan konco-konconya.
Megawati baru-baru ini telah mempertontonkan kebesarannya sebagai petinggi partai berkuasa saat ini. Sistem bernegara saat ini gagal melahirkan kekuatan yang mengimbanginya. Jika tidak kembali ke cita-cita proklamasi dengan kembali ke UUD45, maka Republik ini perlahan tapi pasti akan menjadi Baloeran. PDIP benar-benar akan menjadi banteng, dan bangsa ini menjadi harimau Jawa.
Baloeran Ecolodge, Wonorejo, 28 Januari 2023.
Editor Sugeng Purwanto