PWMU.CO – Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggelar Dialog dan Ramah Tamah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Ahad (5/2/2023). Pesertanya: rombongan ulama dan akademisi dari Mesir yang dipimpin Wakil Grand Syaikh Al Azhar Prof Dr Syekh Muhammad Abdurrahman Adh-Dhuwainy bersama Gubernur dan ulama Jawa Timur. Di antaranya dari MUI, Muhammadiyah, NU, dan lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan ungkapan terima kasih kepada Pemerinta Mesir yang telah membangun hubungan baik dengan Indonesia sejak awal Kemerdekaan RI. Bahkan Mesirlah yang pertama sekali memberikan pengakuan Kemerdekaan RI pada tahun 1947.
Khofifah menyampaikan rasa bangganya, karena pada saat berkunjung ke Mesir November 2022 lalu dia diterima langsung oleh Grand Syaikh Al Azhar Mesir. Selain itu juga mendapatkan informasi bahwa warga Mesir yang mengonsumsi kopi ternyata 70 persennya adalah kopi dari Indonesia, terutama dari Dampit Malang Jawa Timur.
Lebih lanjut Khofifah berterima kasih kepada Al Azhar yang telah menerima banyak mahasiswa dari Jawa Timur. Dia berharap, ke depan hubungan Indonesia, khususnya Jawa Timur, dengan Al Azhar Mesir semakin baik dan harmonis.
Dia juga berharap semakin banyak mahasiswa dari Jawa Timur yang diterima di Al Azhar Mesir. “Ke depan Al Azhar dapat menerima mahasiswa dari Jawa Timur 50 orang per tahunnya,” ujarnya.
Syekh Muhammad Abdurrahman Adh-Dhuwainy menyampaikan pentingnya menerapkan moderasi atau wasatiah dalam hidup beragama.
Menurutnya hubungan Mesir dan Indonesia sudah baik, dan semoga terus baik, khususnya dengan Al Azhar Mesir. Hingga saat ini pelajar Indonesia yang sedang menunut ilmu di Al Azhar Mesir adalah yang paling banyak jumlahnya, sekitar 13.000 mahasiswa.
“Terima kasih kepada Indonesia yang sangat perhatian kepada Al Azhar Mesir, dan Al Azhar juga sangat perhatian kepada para mahasiswa Al Azhar terutama yang berasal dari Indonesia,” katanya.
Secara khusus dia juga menyampaikan terima kasih kepada Khofifah yang selalu berusaha untuk terus membangun hubungan baik dengan Mesir, juga dengan Al Azhar. “Semoga untuk seterusnya,” harap dia.
Dalam presentasinya mengenai wasatiah atau moderasi dalam beragama, Muhammad Abdurrahman Adh-Dhuwainy mengemukakan bersikap moderat dalam beragama itu sangat penting dan harus berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Tidak boleh berdasarkan hawa nafsu. Menurut dia, rambu-rambu dalam wasatiah adalah mengakomodasi peran akal dan wahyu secara proporsional.
“Karena itu cara bersikap dalam beragama, tidak perlu terlalu fanatik dalam bermadzhab tetapi juga tidak antimadzhab. Tidak ada ekstrim kanan dan tidak ada ekstrim kiri,” terangnya.
Dia menjelaskan, salah satu penyebab munculnya kekacauan dalam bermasyarakat adalah karena munculnya ekstrem kiri maupun ekstrem kanan. “Islam telah mengajarkan keseimbangan dalam semua lini kehidupan, bahkan untuk kepentingan kehidupan dunia dan akhirat,” ujarnya sambil menyitir ayat-ayat wasatiah, di antaranya al-Baqarah ayat 143 dan al-Qashash ayat 77.
Dia mengatakan inti dari wasatiah atau moderasi dalam beragama adalah hidup secara berkeadilan, seimbang, dan membawa kebaikan bagi kehidupan umat manusia. (*)
Penulis Achmad Zuhdi Dh Editor Mohammad Nurfatoni