Guru Muhammadiyah Wajib Punya Ruhul Jihad; Liputan Alfi Faridian Kontributor PWMU.CO Kabupaten Sidoarjo.
PWMU.CO – Guru-guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) Jawa Timur, mengikuti Pengajian Tri Wulan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo, Sabtu (11/3/2023).
Kegiatan menghadirkan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiya Jawa Timur Dr Muhammad Sholihin SAg MPSDM ini diselenggarakan di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Musasi).
Selain guru-guru Smamda, kegiatan bertema “Menumbuhkan Keteladanan Guru dan Karyawan Persyarikatan Muhammadiyah untuk Membangun Karakter Murid” ini juga dihadiri oleh guru PAUD, SD, dan SMP di bawah naungan PCM Sidoarjo.
Kepala SMP Musasi Ainur Rofiq sebagai tuan rumah berpesan bahwa rajin mengaji pasti sehat. Sebab Allah menjanjikan rahmat pada yang mengikuti majelis ilmu.
“Dan perlu diketahui, ketika manusia memiliki amal yang baik, belum tentu bisa masuk surga, kecuali mendapatkan Rahmat dari Allah SWT.” Ujarnya.
“Selain itu, selama kita menuntut ilmu, pastinya kita ditemani oleh malaikat. Dan nama-namakita dicatat sebagai fi sabilillah,” tambahnya.
Sementara itu penyampaian materi Sholihin yang tidak monoton membuat peserta pengajian antusias. Suasana semakin meriah ketika dia memberikan guyonan khasnya. Adapun materi yang diangkat dititikberatkan pada mengingatkan kembali tentang tujuan Muhammadiyah serta peran guru Muhammadiyah terhadap murid-murid dan masyarakat luas.
Dia mengajak hadirin untuk melakukan refleksi bersama. Menurut Sholihin, kualitas segala sesuatu adalah waktu. Ketika seorang guru dikatakan memiliki masa kerja yang cukup lama, harus diimbangi dengan kualitas kinerja yang baik. Bukan malah sebaliknya.
Selain itu, ayah dua anak ini mengingatkan bahwa tugas guru dituntut untuk memberi teladan dan selalu menginspirasi warga sekitar.
“Sebagai guru di Persyarikatan Muhammadiyah, wajib memiliki ruhul jihad, yang artinya berjuang dengan sungguh-sungguh di jalan Allah. Kalau kita serius mengurus orang lain, maka nasib kita akan diurus Allah,” tutur mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Surabaya itu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni