Puncak P5 di SMP Miosi diramaikan drama kreasi tradisional; Liputan Mahyuddin, kontributor PWMU.CO dari Kabupaten Sidoarjo.
PWMU.CO – Puncak Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) berlangsung meriah di halaman SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo (Miosi), Kamis (16/3/23).
Tarian tradisional, kisah daerah, baju adat daerah hingga puppet show menghiasi kegiatan tersebut. Hal itu dikatakan Kepala SMP Miosi Moch Muqhir MPd, bahwa siswa Miosi harus berani tampil di panggung dalam bentuk karya apa pun. “SMP Miosi beberapa waktu lalu berani tampil di Musyda ke-11 Muhammadiyah Sidoarjo, yakni saat perform tari tradisional angsa putih dan tilawatil Quran,” ujarnya.
Penampilan dari para siswa SMP Miosi, lanjut dia, langsung disaksikan Bupati Sidoarjo. “Semoga puncak P5 ini sebagai unjuk bakat dan mengenali potensi, sehingga nanti bisa punya banyak prestasi. Kalau punya prestasi, insyaallah lebih mempermudah untuk masuk jenjang selanjutnya,” jelasnya.
Raisya Kusuma Rahmalia menjadi model dari kelas VIII-B memperagakan fashion show busana Koto Gadang dari Agam Sumatera Barat. Raisya berjalan di atas panggung, mulai dari depan dan ke samping. Setelah itu Eugenia Calista Putri Alisyah dan Ava Zabrina menjelaskan makna bajunya.
“Busana adat Koto Gadang sangatlah indah, karena didominasi warna merah, emas, kuning, dan biru. Kain penutup kepala yang bernama Talakuangtingkuluak, mempunyai makna kebiasaan memakai mukenah dan menyiratkan kaum muslimah untuk tidak meninggalkan shalat,” papar Ava Zabrina.
Lebih lanjut Eugenia Calista Putri Alisyah dan Ava Zabrina menjelaskan, baju terbuat dari beludru berwarna merah dengan hiasan sulaman benang emas yang melambangkan kekayaan alam Minangkabau. “Makna baju ini yaitu sebagai calon ibu, yang terkurung dan dibatasi oleh ukuran yang sesuai dengan agama Islam dan adat Minangkabau,” ungkapnya.
Penampilan lain untuk fashion show ada peragaan busana dari Sidoarjo, Papua, Makasar, dan Jakarta. Selain Fashion show, ada penampilan drama kreasi tradisional serta puppet show.
Drama Kreasi Tradisional
Drama kreasi tradisional sangat beragam, ada yang mengambil dari sudut pandang daerah seperti Madura, Yogyakarta, Bali, dan Surabaya. Yang berkisah tentang dinamika yang ada di pasar rakyat, kisah asal usul nama Surabaya, tsunami yang ada di Aceh. Drama kreasi tradisionalnya juga dikombinasikan dengan lagu daerah dan tarian daerah.
Salah satu pesan moral dari drama kreasi tradisional datang dari kelas VII C. Mereka menampilkan kisah Pasar Keppo Madura. Dalam cerita tersebut, berisi dinamika yang ada di pasar, pembeli yang menego harga sayur, lalu penjual tidak mau menurunkan harganya karena harga belinya lebih mahal dari sebelumnya.
Tidak hanya itu, pembeli yang menego tersebut menyebarkan kalau penjual tersebut menjualnya mahal, cerita ke pembeli lainnya lalu terjadilah perdebatan. Pesan moral dari cerita tersebut, agar tidak mudah emosi dalam menghadapi masalah, tapi harus dihadapi dengan cara yang baik. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.