PWMU.CO – Beda haji musyrikin di masa jahiliyah dengan Islam dikupas dalam kajian Sabtu Pagi di Masjid Baiturrahim Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Sabtu (27/5/2023).
Penceramah Drs Musyafa Musa menyampaikan, di zaman jahiliyah bukan orang Islam saja yang melaksanakan haji, kaum musyrikin juga berhaji.
”Tawafnya ada yang tanpa telanjang karena mereka percaya dengan menanggalkan semua baju dan perhiasannya semakin dekat dengan tuhan,” kata dia menjelaskan.
Ustadz Musa, begitu ia disapa, menerangkan, hajinya kaum musyrikin bukan karena akidah, melainkan tradisi nenek moyang.
”Islam datang dengan syariat yang menyempurnakan akidah. Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima karena perintahnya paling akhir dibandingkan dengan empat rukun sebelumnya,” tuturnya.
Ia menambahkan, perintah haji pertama kali turun tahun 9 Hijriyah. Namun Nabi Muhammad saw tidak langsung menjalankan. Nabi mengutus sahabat Abu Bakar sebagai Amirul Hajj untuk memimpin umat Islam berangkat haji dari Madinah ke Makkah.
Ketika Abu Bakar memimpin umat Islam untuk berhaji, beberapa hari kemudian Ali bin Abi Thalib diperintah Rasullah untuk menyusul ke Makkah dan menyampaikan kepada kaum musyrikin bahwa tahun itu adalah kesempatan terakhir haji bagi kaum thawaf telanjang.
Haji Wada
Nabi baru berhaji di tahun ke-10 Hijriyah saat menjelang usia 63 tahun, setelah Makkah bersih dari kesyirikan.
”Hajinya Rasulullah disebut haji wada, karena haji pertama dan terakhir baginya,” kata Ustadz Musa. Ia melanjutkan, sekitar tiga bulan setelah haji wada Nabi Muhammad saw wafat.
Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim ini menuturkan, ibadah haji itu sejatinya adalah menapak tilas perjalanan ritual Nabi Ibrahim. Maka para calon jamaah haji seharusnya melatih fisik sebelum berangkat. ”Manasik bukan hanya belajar tentang rukun haji, tapi sebaiknya juga berlatih fisik,” tuturnya.
Kajian rutin setiap Sabtu Pagi yang digagas oleh Takmir Masjid Baiturrahim ini bekerja sama dengan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Ngampelsari dan Gelam.
Ilham Malik, koordinator kegiatan, menyampaikan terima kasih kepada jamaah yang telah bersiap sejak sebelum Subuh. ”Terima kasih kami sampaikan kepada jamaah, begitu semangat hadir sebelum shalat Subuh dan berjamaah dilanjutkan kajian,” ucapnya.
Ia menambahkan, biasanya kegiatan masjid selain kegiatan shalat berjamaah juga ada kultum. Kali ini ada kajian rutin untuk pertama kalinya.
”Kajian perdana ini di luar perkiraan, saya kuatir tidak banyak jamaah yang datang maklum ini masjid tidak berada di tengah kampung tapi di dalam kampus, alhamdulillah sangat banyak,” ungkap imam masjid yang terletak di Jalan Raya Gelam 250 Candi Sidoarjo itu. (*)
Penulis Naimul Hajar Editor Sugeng Purwanto