PWMU.CO– Recep Tayyip Erdogan menang dalam Pemilihan Presiden Turki untuk ketiga kalinya dalam Pemilu putaran kedua yang digelar Ahad (28/5/2023).
Dia mengalahkan saingannya Kemal Kilicdaroglu. Erdogan memperoleh suara 52 persen dan Kilicdaroglu 48 persen. Pendukung Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) langsung merayakan kemenangan itu pada Ahad malam hari di depan Istana Presiden di Istanbul.
”Pemenang pemilihan ini adalah seluruh 85 juta penduduk Turki,” kata Erdogan di depan pendukungnya. ”Kami berhasil menyelesaikan pemilihan putaran kedua. Saya berterima kasih kepada bangsa saya.”
Dalam pidato yang disiarkan televisi setelah kekalahannya, Kemal Kilicdaroglu yang punya 48 persen suara berkata: ”Pemilihan ini dengan jelas menunjukkan bangsa ini memiliki keinginan untuk melawan dan mengubah pemerintahan otokratis Erdogan.”
Kilicdaroglu yang berusia 74 tahun pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) itu mengatakan: ”Saya akan melanjutkan jalan saya.”
Ucapan selamat dari internasional pun bergulir. Yang pertama adalah Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani, yang mengucapkan selamat kepada “Saudaraku Recep Tayyip Erdogan”.
Vladimir Putin dari Rusia, Volodymyr Zelensky dari Ukraina, Emmanuel Macron dari Prancis, dan Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Mesir juga memberikan selamat.
Kemenangan Erdogan ternyata membuat nilai tukar mata uang lira Turki ke dolar AS turun lebih dari 0,5 persen menjadi 20,05 persen. Turki menderita di bawah krisis biaya hidup.
Peta Suara
Di distrik Maltepe Istanbul, kubu CHP, pemilih terbagi. “Tentu saja, kami datang lagi untuk memilih Kilicdaroglu, meski kemenangan tampaknya semakin sulit,” kata Ali, mahasiswa berusia 22 tahun, kepada Middle East Eye.
“Setidaknya, kami ingin menunjukkan kepada Erdogan bahwa hampir separo negara tidak mendukung pemerintahan otokratisnya.”
Tapi Betul Yilmaz, pendukung Erdogan, tampak senang dengan prospek kemenangan pemilihan presiden ini. ”Kami membutuhkan Erdogan untuk melawan terorisme, memperbaiki negara kami, dan meningkatkan produksi barang-barang lokal,” katanya.
Bagi Kilicdaroglu tak menyangka kalah suara dalam putaran pertama maupun kedua dengan Erdogan.
Menjelang pemilihan presiden dan parlemen 14 Mei, beberapa lembaga survei kredibel memperkirakan dia menang langsung di putaran pertama.
Kilicdaroglu telah menyusun aliansi elektoral yang terdiri dari CHP kiri-tengahnya dan lima partai sayap kanan yang disebut Tabel Enam, dan memenangkan dukungan dari HDP pro-Kurdi.
Faktanya Erdogan meraih kemenangan 49,5 persen di putaran pertama. Unggul lima poin dari Kilicdaroglu tetapi gagal melewati ambang 50 persen untuk kemenangan langsung. Maka diadakan Pilpres putaran kedua hari Ahad (28/5/2023).
Selama kampanye putaran kedua, retorika agresif Erdogan mendingin. Sementara Kilicdaroglu mengimbau kaum nasionalis Turki dengan janji untuk memulangkan 3,7 juta pengungsi Suriah di negaranya.
Kilicdaroglu mencoba mempengaruhi Sinan Ogan, calon presiden ultranasionalis yang punya 5 persen suara di putaran pertama ternyata tak berpihak kepadanya. Sinan Ogan mendukung Erdogan. Pada akhirnya, pemilih Ogan terbagi antara kedua kandidat di putaran kedua.
Di kubu AKP seperti Konya, Yozgat dan Kayseri, presiden meningkatkan perolehan suaranya sebesar 3-5 persen.
Sedangkan di wilayah yang didominasi CHP seperti Kirklareli, Edirne dan Tekirdag, Kilicdaroglu meningkatkan perolehan suaranya sebesar 3-4 persen.
Dukungan Kurdi
Bencana bagi Kilicdaroglu adalah penurunan jumlah pemilih yang besar di wilayah dominasi Kurdi yang turun dari 81,70 persen menjadi 75,74 persen.
Pernyataan dan kesepakatan kandidat oposisi yang semakin nasionalis Turki dengan Partai Kemenangan sayap kanan tampaknya membuat para pemilih Kurdi menjauh.
Seorang warga Diyarbakir, provinsi mayoritas Kurdi di tenggara Turki, mengatakan, dia tidak memberikan suara karena tidak ada pihak yang menawarkan apa pun kepada Kurdi.
Ketika ditanya apakah keputusannya dapat membantu Erdogan dalam pencalonan, wanita berusia 25 tahun itu, mengatakan dia tidak peduli.
”Ini sama sekali bukan urusan saya. Dalam sistem ini, Kurdi sudah diabaikan. Biarkan mereka melawan mereka sendiri. Apa yang mereka lakukan juga bukan urusan saya,” katanya.
Erdogan sudah mengalihkan pandangannya pada kontes pemilihan berikutnya: pemilihan kota pada bulan Maret tahun depan.
Saat meminta bantuan pendukung di Istanbul dalam pemilu 2024, dia memperingatkan bahwa CHP dan sekutunya adalah pro-LGBT.
Menggemakan retorika anti-LGBTQ yang dikejarnya menjelang putaran pertama, Erdogan mengatakan LGBT tidak dapat menyusup ke AKP.
“Tidak ada yang bisa menyentuh keluarga, dan tidak ada yang bisa menggunakan kekerasan terhadap perempuan,” katanya.
Editor Sugeng Purwanto