PWMU.CO – Hidup tak berkarya bagaikan mayat. Kalimat pendek itu untuk merangkum pernyataan Dekan Fakultas Studi Islam Universitas al-Azhar Kairo Mesir Dr Nahla Shabry Elseidy. Dia mengatakan, “Sesungguhnya orang yang sudah meninggal itu bukan orang yang hilang rohnya, tetapi orang yang meninggal itu mereka yang hidup tapi tidak mau berkarya atau tidak sungguh-sungguh berkarya.”
Menurutnya, orang seperti itu tidak bisa diandalkan untuk melahirkan sebuah kemajuan dan mereka layak disebut sebagai orang yang sudah meninggal. Maka hidup-tidaknya seseorang lebih dilihat dari karya dan kesungguhan dalam menghasilkan hal-hal baik dalam kehidupan.
Salah satu gambaran tentang orang yang benar-benar hidup adalah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim. Nahla menerangkannya pada pengajian dua pekanan al-Nadwah al-Arabiyyah, Kamis (3/8/2023) malam.
Nahla juga mengajak 50 peserta yang menyimak kajian malam itu melalui Zoom Clouds Meetings untuk meneladani kesabaran Ibrahim dan Siti Hajar. “Sama-sama bersabar atas kehendak Allah. Kita harus terus belajar bersabar. Karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar,” imbuhnya.
Salah satu pertanyaan dalam sesi tanya jawab malam itu datang dari Ketua Presidium Musyawarah Nasional Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) 2013-2017 Dr Hj Sabriati Aziz MPdI. Dia menanyakan pemberian hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam kaitannya dengan konsep kesetaraan gender dalam Islam.
Berdasarkan wasathiyah Islam, Nahla menegaskan, yang dimaksud kesetaraan gender dalam Islam bukan memberikan hak yang sama persis kepada perempuan dan laki-laki.
“Tidak ada agama mana pun yang memandang kesetaraan gender berarti memberikan hak yang sama persis. Tetapi laki-laki dan perempuan diberi haknya secara utuh, penuh, berdasar haknya masing-masing,” jawab Nahla.
Dia mencontohkan, kalau perempuan harus melahirkan dan menyusui, sedangkan laki-laki misal diharuskan demikian juga, maka itu zalim.
Tiga Kunci Sukses
Sebagai penutup, giliran moderator Ria Agustina Lc MA PhD bertanya, bagaimana tips Nahla melewati fase-fase kehidupannya hingga sukses seperti sekarang. “Saya ingin meneladani beliau,” ujar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang itu.
Menurut Nahla, kuncinya ada tiga. Pertama, yakin pada Allah sebagaimana yang dilakukan Siti Hajar. Kedua, meminta doa dan ridha orangtua. “Karena doa dan ridha inilah yang akan membimbing kita,” ujarnya.
Ketiga, menentukan tujuan yang tidak sekadar bersifat untuk diri sendiri, melainkan bersifat jamaiyah, yang bermanfaat untuk umat. “Bagaimana kita mendakwahkan Islam demi kejayaan dan keagungan agama kita,” sambungnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni