PWMU.CO – Siswa Smamsi membuat Hanging Lamp atau lampu gantung di Delima Bali Hand Crafts di Desa Purwodadi Sidayu, Senin (11/9/2023).
Ketua Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) SMA Muhammadiyah 4 Sidayu (Smamsi) Gresik Ahmad Yani SPd mengatakan kegiatan P5 dalam Kurikulum Merdeka yang kedua ini dilakukan kelas Fase F adalah untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dan untuk menguatkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan berdasarkan tema tertentu.
“Adapun tema yang diangkat adalah kearifan lokal. Kegiatan ini berupa pengolahan limbah cangkang kerang menjadi hanging Lamp sebagai karya yang unik,” katanya.
Dia menuturkan tujuan dari kegiatan ini mengenalkan tentang manfaat limbah cangkang kerang sebagai bahan kerajinan seperti sebagai materi hiasan dinding atau materi desain interior. Sebagian bisa didaur ulang untuk digunakan sebagai souvenir, pupuk, dan pakan ternak.
Kegiatan ini, lanjutnya, dilaksanakan kelas Fase F yang berjumlah 39 siswa yang dibagi menjadi 4 kelompok dengan guru pendamping dan fasilitator P5 sebanyak 6 orang.
“Dipilihnya lokasi kerajinan ini sebab tempatnya dekat dengan sekolah. Jadi, cukup ditempuh dengan jalan kaki saja. Selain itu, pemilik tempat kerajinan termasuk alumni Smamsi yang lulus tahun 1998,” tambahnya.
Hanging Lamp
Pendiri Kerajinan Atho’ul Khasib menjelaskan alat yang akan digunakan berupa pengeplongan, palu, bor dan mata bor, gunting, amplas, obeng, kunci pas nomor 10, penggaris plastik ukuran 30 cm, dan Hcl serta air (untuk mencuci kerang).
“Selanjutnya bahan yang dibutuhkan adalah cangkang atau kulit kerang, triplek, resin dan katalis, rantai penggantung, mur baut, senar pancing, kabel, fitting lamp, serta bola lampu,” katanya.
Dia menyampaikan, sedangkan langkah-langkah kerja dalam perbuatan karya seni dari cangkang kerang yang berupa hanging Lamp adalah siapkan alat dan bahan, penyortiran cangkang atau kulit kerang dengan menggunakan alat plong dan palu, pengeplongan cangkang atau kulit kerang dengan Hcl dan air, kemudian dijemur.
Setelah itu, lanjutnya, pelubangan cangkang atau kulit kerang dengan menggunakan bor, persiapkan kap lampunya untuk pemasangan cangkang atau kulit kerang, mengikat cangkang atau kulit kerang dengan senar pancing pada kap lampu dengan ukuran yang sudah ditentukan, pasang kabel dan bola lampunya pada Hanging Lamp yang sudah jadi.
“Anak-anak sangat senang dan antusias dengan kegiatan tersebut. Hal itu bisa dilihat dari semangat mereka membuat kerajinan hanging lamp yang hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga jam sudah bisa menyelesaikan kerajinan itu,” tuturnya.
Mereka sangat cepat menyelesaikan karena papan yang berlapis cangkang kerang sebelumnya sudah dalam kondisi bersih dan berlubang. Membuat papan berlapis cangkang kerang yang sudah diresin dan dijemur membutuhkan waktu satu hari.
Jadi, sambungnya, masing-masing kelompok tinggal mengikat cangkang kerang dengan benang pancing sesuai ukuran yang ditentukan. Setiap papan terdiri dari 4 ring. Masing-masing ring sudah ada ukurannya. Setiap ring membutuhkan cangkang kerang dengan jumlah yang berbeda-beda.
“Ring 1 membutuhkan 6 cangkang kerang, ring 2 membutuhkan 5 cangkang kerang, ring 3 membutuhkan 4, dan ring 4 membutuhkan 2 cangkang. Masing-masing kelompok membuat satu hanging lamp sebab membutuhkan biaya 200 ribu rupiah,” ucapnya.
Dia berharap semoga dengan adanya P5 ini dapat memperkenalkan kembali kearifan lokal di sekitar siswa sehingga akan lebih menghargai budaya daerah sendiri dan nantinya akan tetap mengembangkan dan memperkenalkan budaya itu.
Kegiatan P5 ini, paparnya, menjadi sarana untuk mengembangkan kreativitas siswa membuat kerajinan tangan dari bahan limbah cangkang kerang dan bisa diperaktikan dalam kehidupan nanti. Selain itu bernilai ekonomis, juga berpotensi untuk mengurangi pencemaran lingkungan. (*)
Penulis Chilmiyati. Editor Ichwan Arif.