![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2023/10/IMG-20231014-WA0023.jpg?resize=1200%2C818&ssl=1)
PWMU.CO – Atasi duka ditinggal Altair, teman sekelas menulis surat. Kepergian Muhammad Althair Fathan Syahban kelas V yang begitu cepat membuat duka teman-teman sekelasnya terasa mendalam.
Isak tangis sebagai ekspresi kedukaan meliputi hampir seluruh siswa kelas V Business. Selepas shalat jenazah di lapangan sekolah, para siswa kembali ke kelas dengan air mata masih bercucuran.
Wali kelas V Business Kaiisnawati SPd menyampaikan kepada siswa, “Anak-anak mungkin baru mendengar berita duka tadi atau ada yang sudah dengar dari Ayah Bunda di rumah.”
“Teman satu kelas kita yang biasanya duduk di sini,” ujarnya sambil menunjuk meja Altair, “Altair meninggal. Selamanya kita sudah nggak bertemu lagi.”
Setelah menjelaskan penyebabnya karena sakit Kaiis, sapaan akrabnya, mengajak mereka terus mendoakan Altair di setiap selesai shalat.
Bersama Kais, konselor Sayyidah Nuriyah SPsi juga berupaya membimbing mereka untuk menyalurkan kesedihannya secara tepat. Ini dimulai dari menerima dan menjelaskan emosi yang mereka alami. Yakni duka yang termasuk juga ada rasa tidak percaya, terkejut, sedih, dan bahkan kangen.
“Kita semua lagi berduka. Kalau lagi berduka, boleh menangis. Menangis karena kangen Altair, sedih tidak bisa bertemu lagi, atau menyesal pernah menyakitinya, tidak apa-apa,” ujarnya.
Yang tidak boleh, sambungnya, kalau menangis berlarut-larut sampai mengganggu belajar dan aktivitas lainnya. “Misal sampai malas makan, nah itu tidak boleh,” imbuh Sayyidah.
Air mata mereka yang mulai mereda pun kembali mengalir ketika Kaiis menunjukkan foto jenazah Altair pada sekitar pukul 08.00 WIB diberangkatkan menuju pemakaman. Foto itu dia dapat dari para guru laki-laki yang ikut mengantarkan, seperti Kepala SD Mugeb M. Nor Qomari SSi dan Syaiful Rizal SPd.
![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2023/10/IMG-20231014-WA0022.jpg?resize=1200%2C637&ssl=1)
Menulis Salurkan Duka
Setelah mereka lebih tenang, Sayyidah dan Kaiis mengajak mereka menyalurkan kedukaannya dengan menulis. Sayyidah menerangkan, ada banyak cara mengungkapkan duka. “Selain berdoa, kita bisa menulis. Ungkapkan segala pikiran dan perasaan kalian dalam sebuah surat agar lebih lega,” tuturnya, Jumat (13/10/2023).
“Bayangkan Altair membaca surat kalian, sehingga kalian leluasa mengungkapkan permohonan maaf dan ucapan terima kasih. Boleh juga menulis kalau ada hal yang ingin kalian lakukan tapi belum sempat,” imbuhnya.
Air mata mereka kembali menetes ketika proses menulis surat berlangsung. Kaiis menguatkan, “Nggak apa sambil menangis menulisnya.”
Akhirnya, Hanaa Arraya Candra Putri menceritakan satu kenangan terakhir yang menurutnya berkesan. Yakni Altair saat terakhir kali bertemu dengannya memberi jajan Pocky dan Hello Panda. Hana menegaskan Altair anak yang sangat ramah dan suka menolong. Biasanya dia disapa Altair dan pernah sekali Altair membantu membukakan pintu lokernya.
Farzanah Haibah Zafirah pun sepakat. Dia mengiyakan ketika tengah menulis selembar surat yang mengungkap perasaannya. “Ustadzah nggak boleh lihat, ini buat Altair,” ujarnya lalu menyimpan surat itu di kolong meja Altair. “Semoga nanti malam aku mimpi bertemu Altair,” imbuhnya sambil menyeka air matanya.
Lain lagi dengan Kafie Keenan Norsa Vananda. Dia menutup suratnya dengan doa, “Insyaallah Altair masuk surga. Aamiin. Maafkan aku Altair.”
Ada pula siswa yang lebih tertarik mengurai dukanya dengan bercerita. Safwa Dzakira Aftani salah satunya. Di dekat meja guru, Safwa mengenang ketika Altair memberinya cokelat.
Dia juga sering dipuji dan dibantu Altair. “Altair bantu buka loker sepatuku. Pernah juga dia membuka pintu pas aku masuk, terus menyambut sambil bilang silakan,” kenangnya sambil mempraktikkan bagaimana tangan kanannya menyilakan masuk.
Dahayu Filzah Rahmania juga sepakat. Dia menegaskan Altair ramah banget. “Sering sarangheo ke semua teman, friendly,” imbuhnya sambil mencontohkan jari membentuk simbol cinta.
Farannisa Nabilah Sharliz ikut mengenang dengan bercerita, “Altair suka menolong. Pernah bantu aku menurunkan kursiku, waktu itu mejaku berdebu, terus dia lap pakai tangannya sampai bersih.” Matanya berkaca-kaca mengingat kebaikan langka itu.
![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2023/10/IMG-20231014-WA0020.jpg?resize=960%2C540&ssl=1)
Doa Bersama
Sebelum memasuki proses mengurai duka di kelas ini, isak tangis pun terdengar samar-samar di lapangan timur SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jawa Timur, Jumat (13/10/2023) pagi.
Siswa dan guru yang kompak berbusana Muslim nuansa putih itu sesekali menyeka air matanya. Mereka berduka dan banyak yang terkejut mendengar berita kepergian Altair. Usai melaksanakan shalat istisqa berjamaah dan mendengar khutbah, mereka lanjut mendengar pengumuman berita duka. Syaiful Rizal SPd menyampaikannya di mimbar.
“Telah berpulang ke Rahmatullah ananda Altair. Altair sudah mendahului kita menghadap Allah SWT. Kita yang ditinggalkan harus mengikhlaskan, mendoakan, memohon maghfirah kepada Allah SWT,” tuturnya di hadapan siswa kelas III-VI.
“Kalau kemarin kita masih bisa tertawa, bermain bersama, hari ini Allah sudah memanggil saudara kita. Allah kebih sayang saudara kita,” lanjutnya membuat suara tangis kian samar terdengar.
Sambil terisak, Rizal melanjutkan, “Ini menjadi pelajaran bagi kita yang masih penuh dosa, kita yang masih berusaha beribadah kepadaNya, masih banyak salah, masih banyak meninggalkan ajaran Allah, masih banyak melakukan dosa.”
Rizal menegaskan mereka semua kelak akan kembali pada Allah. “Kita yang masih hidup, diberi kesempatan Allah untuk segera memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah. Kita banyak ingat kepada Allah. Banyak taat kepada orangtua, ustad ustadzah, dan saling sayang kepada sesama,” imbuhnya.
Untuk itu, kata Rizal, ada empat hak yang harus kita penuhi sesama Muslim ketika Allah memanggil saudara kita. “Kita berkewajiban memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan. Kita pagi ini masih Allah beri kesempatan untuk mendoakan Altair dan keluarganya,” ujarnya.
Rizal lantas menyampaikan tata cara shalat jenazah. Mereka shalat jenazah dan mendoakan sahabat mereka dengan khusyuk. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni