PWMU.CO – Hadapi Politik 2024, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi menyampaikan pesan khusus kepada seluruh warga, kader, dan pimpinan Muhammadiyah agar menjadi uswah hasanah dalam menghadapi pemilu.
Dia mengatakan hal itu saat Resepsi Milad Ke-111 Muhammadiyah dengan tema Ikhtiar Menyelamatkan Semesta yang digelar di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (18/11/2023).
“Kepada seluruh warga Muhammadiyah agar mempedomani khittah kepribadian dan ketentuan organisasi tanpa tafsir dan kepentingan sendiri-sendiri. Bagaimana bersikap cerdas, rasional, dewasa, bermartabat dan bertanggungjawab dalam menghadapi perbedaan politik. Buktikan bahwa Muhammadiyah berbeda dari yang lain, yakni berpolitik cerdas adiluhung,” tandasnya.
Haedar mengatakan, Muhammadiyah terus berkiprah dalam membangun kebangsaan ke arah yang lebih berkualitas, agar Indonesia tetap berpijak pada konstitusi dan terhindar dari distorsi dan segala penyimpangan yang terjadi.
“Kita berharap Pemilu 2024 berjalan sukses, luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil), bermartabat, aman, damai dan tetap terjaga persaudaraan,” ucapnya.
Dia juga berharap agar Pemilu 2024 tetap berada pada koridor konstitusi, serta tidak ada penyimpangan. Para kontestan termasuk capres-cawapres dan seluruh pendukungnya dapat berkontestasi secara sportif, jujur, cerdas, lapang hati, serta memiliki visi kebangsaan sebagaimana telah diletakkan para pendiri bangsa.
“Jangan jadikan ini sebagai pertempuran politik hidup mati yang meretakkan kekuatan persatuan bangsa,” tegas Guru Besar Sosiologi UMY tersebut.
Pejabat dan Aparat Diharap Profesional
Kepada para pejabat dan aparat negara baik TNI, Polri dan seluruh pihak, Haedar juga berharap agar mereka memiliki jiwa patriotisme dan profesional dalam mengawal penyelenggaraan pemilu.
“Penyelenggara pemilu dan pihak terkait harus tegak menjadi wasit yang adil, profesional dan bertanggung jawab. Kepada warga bangsa hendaknya menjaga etika, dewasa, saling menghargai, intropeksi diri, menjadi teladan dalam mengikuti kontestasi demokrasi dan kehidupan kebangsaan,” katanya.
Dia menegaskan, di usia 111 ini Muhammadiyah tidak pernah pasif, apatis dan tutup wajah atas masalah bangsa. Sebaliknya, kita selalu membangun Indonesia secara positif dengan sikap cerdas, sejalan dengan kepribadian amar makruf nahi munkar disertai contoh dan teladan yang baik, bahkan adil serta korektif ke dalam dan ke luar secara bijaksana.
“Inilah koridor yang mesti menjadi rujukan seluruh anggota, kader dan pimpinan di lingkungan persyarikatan dari pusat sampai ranting dan jamaah,” paparnya.
Dia mengatakan, Muhammadiyah selain mengapresiasi kemajuan bangsa, juga prihatin atas berbagai permasalahan dalam kehidupan kebangsaan, baik politik, ekonomi dan budaya yang semakin liberal dan oligarki.
“Demokrasi prosedural dan stabilitas politik belum seimbang dengan demokrasi substantif berbasis nilai luhur Pancasila dan konstitusi. Akibatnya timbul politik uang, transaksional, politisasi hukum dan konstitusi serta hal yang tidak sesuai dengan semangat reformasi,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, masalah lain yang masih menuntut solusi sistemik di negara ini ialah korupsi yang masih masif, hutang negara yang besar, kesenjangan sosial ekonomi, eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) dan masalah lainnya.
“Muhammadiyah terus berkiprah membangun Indonesia dan mengawal pemilu sesuai porsinya sebagai organisasi dakwah kemasyarakatan dan bukan sebagai organisasi partisan politik. Bersamaan dengan itu, aktifitas berMuhammdiyah juga harus terus dilakukan dengan giat dan penuh pengkhidmatan. Kata Kiai Dahlan, jangan pernah lelah bekerja untuk Muhammadiyah,” pungkasnya. (*)
Penulis Nely Izzatul