Puasanya Investor dan Investee; Oleh Iman Supriyono, Pendiri dan Direktur SNF Consulting. Artikel ini ditulis di lantai 5 Hotel Luminor Purwokerto, Selasa 19 Maret 2024.
PWMU.CO – Anda kenal merek ini? Filma, Gillete, Pampers, Pantene, Head & Shoulders, Ambipur, Oral-B, Vicks? Itu adalah beberapa merek milik raksasa consumer good Procter & Gamble alias P&G. Sebuah perusahaan yang didirikan oleh William Procter dan James Gamble tahun 1837 di USA. Ada pelajaran menarik dari perusahaan barang-barang konsumsi terbesar dunia ini. Pelajaran tentang puasa.
Pelajaran puasa? Iya. Puasa adalah ibadah ritual yang intinya adalah pengendalian diri. Menahan diri. Rutinitasnya adalah menahan diri untuk tidak makan minum dan melakukan segala sesuatu yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Hikmahnya adalah kemampuan orang yang berpuasa untuk menahan diri. Menahan diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk tujuan besar di masa depan.
Nah, P&G adalah hasil proses panjang ‘puasa’ alias pengendalian diri yang dilakukan oleh para pendiri sebagai investee dan para investor dalam jangka sangat panjang. Hasilnya saat ini P&G adalah perusahaan barang-barang konsumsi terbesar dunia. Mengalahkan Unilever. Perusahaan nomor 55 dunia dalam hal aset, omzet, laba, dan nilainya. Unilever berada di urutan 104. Perusahaan sejenis dari Republik Indonesia (RI) tidak ada yang masuk 2000 besar.
Sebagaimana yang dicatat majalah Forbes, P&G tahun terakhir memiliki aset USD 118,85 miliar alias IDR 1 888 triliun. Omzetnya USD 80,97 miliar alias IDR 1275 triliun. Labanya USD 14,32 miliar alias IDR 226 triliun. Nilai jika perusahaan ini dijual adalah USD 367,76 miliar alias IDR 5.792 triliun. Lebih besar dari APBN RI tahun 2024 yang IDR 3.325 triliun.
Misalkan Anda tahun itu berinvestasi dengan dana Rp 100 juta, tahun ini akan mendapatkan hak laba Rp 204 juta yang mana Rp 128 juta dari hak itu dibagikan sebagai dividen tunai. Jika Anda menjual saham tersebut, hari ini nilainya adalah Rp 5,5 triliun. Naik 552 kali lipat dibanding uang yang Anda investasikan.
Puasa seperti apa? Mari kita baca puasanya para investor (pemegang saham) dari data P&G. Misalnya hari ini Anda masuk sebagai pemegang saham P&G. Uang yang harus Anda siapkan untuk memiliki satu lembar saham saat ini adalah USD 161,21 alias IDR 2,54 juta. Dengan dana itu, berdasarkan laporan keuangan terakhir perusahaan yang di Surabaya memiliki pabrik minyak goreng Palmboom ini, Anda berhak atas laba sebesar USD 5,97 alias IDR 94 ribu.
Dengan demikian imbal hasil investasi ROI (return on invetment) Anda adalah 3,7 persen. Itu pun tidak seluruhnya dibagikan sebagai dividen. Dividennya hanya 2,33 persen alias Rp 59 ribu. Itulah hak Anda dalam setahun. Kecil sekali. Dibanding dengan deposito misalnya jauh lebih kecil. Misalnya saja Anda masuk dengan investasi Rp 100 juta, hak laba Anda hanya Rp 3,7 juta dalam setahun. Yang dibagikan sebagai dividen hanya Rp 2,33 juta dalam waktu satu tahun.
Kok mau? Mereka sedang puasa. Hal serupa juga dilakukan oleh investor yang telah membeli saham jauh-jauh hari sebelumnya. Misalkan saja investor yang masuk pada tahun 1984. Ketika itu harga selembar saham adalah USD 2,92 alias IDR 46 ribu dengan kurs hari ini. Saham yang Anda miliki tahun ini juga memiliki hak laba USD 5,97 alias Rp 94 ribu. ROI Anda adalah 204 persen. Hak dividen Anda adalah IDR 59 ribu alias 128 persen. Semua persentase adalah dalam jangka waktu satu tahun.
Misalkan Anda tahun itu berinvestasi dengan dana Rp 100 juta, tahun ini akan mendapatkan hak laba Rp 204 juta yang mana Rp 128 juta dari hak itu dibagikan sebagai dividen tunai. Jika Anda menjual saham tersebut, hari ini nilainya adalah Rp 5,5 triliun. Naik 552 kali lipat dibanding uang yang Anda investasikan.
Bandingkan andai uang itu Anda depositokan. Rp 100 juta akan mendapatkan bagi hasil kurang lebih sekitar 5 persen setiap tahun. Jika deposito itu Anda ambil, hari ini nilainya tetap Rp 100 juta. Padahal uang Rp 100 juta tahun 1984 bisa Anda belikan 9 kg emas. Dengan nominal sama hari ini hanya mendapatkan kurang lebih 100 gram emas. Menyusut tinggal 0,11 persen.
Pendiri Juga Berpuasa
Pembaca yang baik, itulah puasa para investor P&G. Berani menahan diri untuk hanya mendapatkan hak laba kecil untuk membesarkan perusahaan. P&G menjadi seperti itu karena ada jutaan orang yang berpuasa berinvestasi membeli saham P&G. Oleh P&G uang itu digunakan untuk terus menambah merek-merek baru sebagai faktor kali alias revenue and profit driver (RPD) pertumbuhan perusahaan.
Apakah yang berpuasa hanya investor? Tidak. Para investee juga mesti puasa. Para pendiri perusahaan seperti ini juga rela puasa bertahun-tahun di awal. Caranya adalah dengan hanya hidup dari gaji sekadarnya sebagai direktur. Seluruh laba bertahun-tahun tidak pernah diambil sebagai dividen.
Penguasaan produksi barang dan jasa adalah inti kekuatan ekonomi sebuah umat atau bangsa. Itulah mengapa Nabi SAW dulu ketika awal-awal hijrah ke Madinah memerintahkan para sahabat untuk membeli alias mengakuisisi sumur sebagai sumber pasokan air konsumsi untuk umat ketika itu.
Laba dibiarkan di perusahaan sebagai laba ditahan yang digunakan untuk pertumbuhan perusahaan. Bagi P&G pertumbuhan itu artinya adalah membuat atau mengakuisisi merek baru sebagai RPDB. Vicks adalah contoh merek yang dibuat sendiri. Gillete adalah contoh merek yang diperoleh dari akuisisi.
Bagaimana? Anda sudah mendapatkan pelajaran tentang hikmah puasa dalam bisnis? Puasa bagi investor dan investee? Puasa dalam menumbuhkan perusahaan? Ingat, 50 persen dari barang dan jasa yang dikonsumsi umat manusia di muka bumi ini dihasilkan oleh 2000 perusahaan terbesar di dunia. Salah satunya adalah P&G.
Penguasaan produksi barang dan jasa adalah inti kekuatan ekonomi sebuah umat atau bangsa. Itulah mengapa Nabi SAW dulu ketika awal-awal hijrah ke Madinah memerintahkan para sahabat untuk membeli alias mengakuisisi sumur sebagai sumber pasokan air konsumsi untuk umat ketika itu.
P&G adalah ‘sumur’ era modern. Anda siap berpuasa untuk membuat ‘sumur’ sekelas P&G? Semoga tahun ini adalah Ramadhan yang penuh hikmah bagi Anda untuk menjadi investor atau investee. Amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni