PWMU.CO – Simulasi shalat Idul Fitri berlangsung di SD Muhammadiyah 10 Surabaya. Praktik shalat bertempat di Masjid Jenderal A. Yani Jl. Sidoyoso V/29 Surabaya, Rabu (3/4/2024).
Ada 445 siswa mengikuti praktik shalat Id. Karena kapasitas masjid tak muat semuanya maka dilaksanakan bergelombang.
Gelombang pertama diikuti siswa-siswi kelas 1,2 dan 3. Bertindak sebagai imam M. Khalis Khairul Azam dengan khotib M. Fatikh Junda Arrizki.
Gelombang kedua diikuti siswa kelas 4, 5, dan 6. Sebagai imam Bima Agus Saputra dengan khotib M. Fatikh Junda Ar.
Simulasi shalat Idul Fitri didamping oleh seluruh wali kelas 1 sampai kelas 6 SD Mumtas, sebutan sekolah ini.
Kaur Ismuba Mohammad Ali MPd mengatakan, kegiatan ini bertujuan mengenalkan kepada anak-anak pelaksanaan shalat Idul Fitri. Mulai persiapan shalat, tata cara dan menjelaskan amalan-amalan sunah sebelum dan sesudah shalat Idul Fitri.
Sunah Sebelum Shalat
Sebelum simulasi shalat dilaksanakan, Kepala SD Mumtas M. Khoirul Anam MPdI, memberikan pengarahan bagaimana tata cara shalat Idul Fitri.
”Anak-anakku, saat ini kita berada di hari-hari terakhir bulan Ramadhan, sesuai dengan Maklumat PP Muhammadiyah No. 1/MLM/I.0/E/2024 bahwa Hari Raya Idul Fitri jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024. Sebelum libur, anak-anak simulasi shalat Idul Fitri agar bisa memahaminya saat benar-benar shalat Id,” kata dia menjelaskan.
Apa saja yang kita lakukan saat shalat Idul Fitri, lanjut Anam, pertama, mandi dan menyucikan diri. ”Jangan lupa berwudhu sebelum berangkat menuju tempat shalat,” kata anggota Lembaga Dakwah Komunitas PP Muhammadiyah ini.
Kedua, memakai pakaian terbaik.
Alumnus FIAD Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2004 ini menyampaikan, berangkat shalat Id sebaiknya memakai pakaian terbaik. Bukan berarti pakaian baru beli, tapi baju lama yang terbaik.
”Juga dianjurkan memakai wangi-wangian untuk laki-laki. Wanita juga boleh pakai wangi-wangian asal aromanya tidak menyengat,” katanya.
Ketiga, makan sebelum shalat Idul Fitri
”Idul Fitri itu artinya kembali sarapan. Karena selama sebulan kita tidak sarapan pagi. Inilah yang membedakan shalat Idul Fitri dengan shalat Idul Adha yang tidak ada anjuran sarapan,” jelas anggota MUI Kecamatan Simokerto itu.
Keempat, berjalan kaki dan melewati jalan yang berlainan.
Berangkat shalat Id bawalah sajadah dan alasnya. Bisa koran atau yang lain. Berangkat dan pulang lewati jalan yang berbeda kalau bisa.
”Supaya lebih banyak bertemu dengan orang-orang untuk bersilaturahmi,” ujar alumnus Magister Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Kelima, mengumandangkan takbir.
Pria asli Lamongan ini melanjutkan, mulai Maghrib sampai pagi hari menuju lokasi shalat Idul Fitri supaya bertakbir.
Serentak siswa-siswi melantunkan kalimat takbir.
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah segala puji.
Tata Cara Shalat Id
Pertama, shalat Id sebaiknya dilaksanakan di lapangan kecuali hujan boleh dilaksanakan di masjid.
Kedua, shalat Idul Fitri dikerjakan tanpa adzan dan iqamat.
Ketiga, tiba di lapangan, langsung duduk ikut takbiran. Tidak ada shalat sunnah. Karena tidak disyariatkan shalat sunnah, baik sebelum maupun sesudah salat Idul Fitri.
Keempat, dipasang sutrah (pembatas) di depan imam salat. Ini tugas panitia shalat Id.
Kelima, shalat Id sebanyak dua rakaat. Rakaat pertama takbir tujuh kali. Rakaat kedua takbir lima kali. Tidak ada bacaan tertentu yang dituntunkan Nabi saw di sela takbir.
Keenam, imam shalat Id sunnah membaca surat al-A’la pada rakaat pertama dan al-Ghasyiyah pada rakaat kedua.
Bisa surat Qaf pada rakaat pertama dan surat al-Qamar pada rakaat kedua.
Ketujuh, sesudah shalat dilanjutkan khotbah Id berisi nasihat tentang ketakwaan, syukur, dan anjuran berbuat baik.
Penulis M. Khoirul Anam Editor Sugeng Purwanto