PWMU.CO – Mengingat Kiprah sang Pencerah di kegiatan Pesantren Kilat Baitul Arqam (PKBA) SMP Muhammadiyah 1 (Spemutu) Gresik Jawa Timur, Kamis (4/4/2024).
Dalam kegiatan yang diadakan di Aula Sang Surya SD Muhammadiyah Komplek Gresik (Mugres) yang di ikuti 36 orang bapak ibu guru beserta karyawan ini, dihadir Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Yusuf Diachmad Sabri ST MBA, Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pendidikan Non-Formal (Dikdasmen PNF) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gresik Dr Sukaris SE MM dan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gresik Drs Sholihin MPd.
Dalam materinya, Sekretaris Pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Prof Dr Biyanto MAg menjelaskan gerakan Islam berkemajuan yang dilakukan oleh Kyai Dahlan pada awal masa Muhammadiyah berdiri, terinspirasi dari Quran Surat Ali Imron ayat 104, Surat al Ma’un dan Surat al-Asr.
“Dalam pandangannya, Kyai Dahlan mengatakan, baumat Islam tertinggal dan enggan mengejar ketertinggalannya karena maraknya tahayul, bidah dan Churrafat (TBC) sehingga mereka sulit membedakan antara budaya yang menghambat kemajuan dengan ajaran agama sesungguhnya,” jelasnya.
Sehingga, lanjutnya, semangat kembali kepada al-Quran dan as Sunnah untuk membangun sikap terbuka terhadap kemajuan agar umat bisa memilah mana yang merupakan ajaran agama mana yang budaya turun-temurun.
Dalam pemaparan materinya, dia menyinggung beberapa karakter berkemajuan kyai Dahlan. “Kyai Dahlan jika kita cermati memiliki karakter berkemajuan dalam berdakwah seperti ningrat tapi merakyat, kritis tapi konstruktif, kaya dan bersahaja, alim namun tidak ekstrim, teguh tapi tidak angkuh, guru tapi tidak menggurui, taat tapi tidak radikal, priyayi tapi melayani, puritan tapi inklusif, hartawan dan dermawan, kyai namun tidak samuci, Jawa tapi tidak kejawen, terbuka namun tidak liberal dan bersahaja sehingga dakwah nya mudah di terima oleh masyarakat sebagai dakwah kultural,” jelasnya.
Bahkan, terangnya, ketika dakwah Kyai Dahlan membawa biola dan memainkannya. Ketika memainkannya pun suara nya sangat merdu. Apa maknanya, apabila dakwah dilakukan oleh orang yang tepat maka hasilnya akan sangat sejuk sangat kharismatik sehingga dakwah nya masuk.
“Namun jika biola itu dimainkan secara awur awuran tanpa mengikuti nadanya maka akan sering lebih banyak menghasilkan kekacauan dan kegaduhan ketika berdakwah,” jelas Dosen filsafat Universitas Islam Negeri Surabaya ini.
Dalam kesempatan yang sama, peserta PKBA Zam Zam Fathoni SE, materi yang dibawakan oleh Prof Biyanto membuka wawasan sebagai warga Muhammadiyah untuk terus mengedepankan dakwah kultural dalam pembelajaran di sekolah.
“Kita sebagai guru harus menjadi teladan bagi siswa kita seperti Kyai Dahlan menjadi teladan bagi umatnya, sehingga sangat tepat sekali kajian ini sebagai bentuk penyegaran kami sebagai guru di sekolah Muhammadiyah,” ungkapnya. (*)
Penulis Bening Satria Prawita Diharja. Editor Ichwan Arif.