Oleh : Ahmad Rusdi
Pegiat media sosial dan pendidik di MAM 9 Al Mizan Lamongan
PWMU.CO – Dalam pengantar buku Tasawuf modern, Buya Hamka menuturkan kisahnya saat di penjara. Kisah itu bermula saat beliau mendapat siksaan berhari-hari, baik berupa tekanan psikis maupun fisik.
Dalam hebatnya siksaan itu, sementara beliau dalam kesendirian, tiba tiba saja menjalarlah bisikan musuh yang selalu merintangi jalan anak cucu adam menuju jalan yang diridhai Tuhan, ia membujuk supaya memilih jalan sesat dengan mengakhiri hidup.
Memang saat seperti itulah yang ditunggu setan untuk melancarkan tipu dayanya. Jika kita artikulasikan bahasa setan pada waktu yang genting itu, demikian bunyinya “Dalam saku tuan ada silet, ambillah! lalu goreskan ke urat nadi tuan, niscaya penderitaan tuan segera berakhir.”
Lama bergumul antara bisikan setan dan kekuatan iman. Setelah berperang hebat sampailah pada klimaksnya, iman Buya Hamka menang, dan setan pun terkapar.
Satu hari Buya Hamka memesankan kepada putra yang menjenguknya, supaya dibawakan buku tasawuf modern yang beliau karang.
Setelah melewati masa-masa sulit di penjara, beliau sempatkan membaca buku tersebut. Pada saat membaca buku itu datanglah kawan sepaham menjenguk beliau, kawan itu berkata pada Buya “Pak Hamka membaca buku pak Hamka.”
Buya Hamka pun menjawab dengan tenang “Memang Hamka sedang mengingatkan dirinya dengan buku ini, sebab konon kabarnya banyak orang selamat hidupnya dari jalan sesat berkat membaca buku tasawuf modern.”
Kisah yang beliau tuturkan dapatlah kita ambil sari pelajaran, bahwa seketika manusia dihadapkan dengan ujian yang pelik, pada saat itulah kesempatan setan memaklumkan perang, di saat yang sama iman menjadi pertahanan terakhir bagi seorang mukmin.
Beberapa waktu perang pun pecah, sebagian ada yang tersungkur karena takluk kepada bujuk rayu setan, sebagian yang lain merayakan kemenangan karena imannya menundukkan jerat-jerat setan.
Sari pelajaran yang lain dari kisah pengantar di buku bergenre filsafat itu ialah, bahwa ujian adalah cara Allah SWT mengukur iman seseorang, maka bersyukurlah jika Allah masih mengujimu.
Ujian yang datang menimpa kita merupakan satu isyarat bahwa Allah Swt masih menghendaki kita untuk terus berproses menjadi baik, kerena untuk menjadi baik, tegasnya menjadi orang taqwa itu jalannya panjang dan terjal.
Dalam pada itu ketika sabar dan tahan dengan apapun bentuk ujian, maka istimewa lah imannya dihadapan Tuhan, dan jalan seperti itulah yang ditempuh oleh nabi-nabi, orang-orang sholeh, para syuhada dan orang-orang jujur.
Editor Azrohal Hasan