PWMU.CO – Panitia HUT Kemerdekaan RI ke-79 Kecamatan Genteng, mengadakan even perayaan 17-an dengan menerjemahkan tema sentral untuk sekolahnya. Ada 5 peserta dalam pawai budaya tingkat SMA/SMK/MA. Mereka harus mampu membedah tema sentral dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, Kamis (29/08/2024).
Meski berstatus sebagai lembaga swasta, SMK Muhammadiyah 1 yang lahir tahun 1968 itu tak mau ketinggalan memeriahkan perayaan kemerdekaan. Ia selalu tampil sepanjang tahun.
Tema NDARU DESA yang mengemuka diorbitkan oleh Forpimka (Forum Pimpinan Kecamatan), dapat diejawantah secara baik oleh lembaga yang dikomandani Gus Taslim itu dengan serius.
Satu hal yang menjadi petanda kearifan lokal Desa Gentengwetan (menurut aspek lokatifnya), adalah bermata pencarian sebagai petani, pedagang, wiraswasta, pegawai, sarat pesantren, kearifan pertanian, kepemilikan hewan raja kaya berjenis kerbau, dan lain-lain yang bernuansa pertanian. Pada tataran ini, SMK Muhi mampu meramunya menjadi objek tontonan yang renyah dan bersahaja.
Sementara itu urutan penampilan untuk pawai budaya tingkat SMA/SMK/MA adalah barisan kehormatan (SMAN 2 Genteng atau SMAN Taruna Bhayangkara) kemudian bersambung secara apik dan bernomor serius yaitu:
- SMKS Muh 1
- SMK Agustus 1945 Setail
- SMAN 1 Genteng, dan ditutup oleh
- SMA Muh 2 Genteng.
Sejauh pengamatan penulis, nuansa religius diwujudkan dengan seni hadrah Shalawatan, tiga gadis melantunkan sholawat barjanji dan tujuh pria mengiringinya dengan alat musik sejenis rebana, terbang, kempul, gong, dan jedor. Syair yang dilantunkan serasa mengingatkan pendengar atau penonton pada tarikh Islam di masa lalu dan perjuangan Rasulullah SAW di masa kenabian.
Banyak penonton terlihat meneteskan air mata, tanda cinta rasul yang sedalam-dalamnya. Betapa tidak, siapa sangka mobil Mitsubishi eL sapek bercat hitam bisa disulap oleh siswa-siswi bertangan terampil menjadi gazebo yang bernuansa Islami.
Kreatifnya Siswa SMK Muhammadiyah 01 Genteng
Sementara itu, stereotif hewan kaki empat sejenis harimau, singa, barong, dll mampu menghibur penonton segmen anak-anak seusia TK dan SD di sepanjang jalan Raya Gajahmada (dari Kantor Pos hingga bangjo Gentengwetan). Mereka lepas dari barisan dan naik ke trotoar untuk menakut-nakuti, menggoda, dan mengajak anak-anak berlarian, menjerit, bermain, dan terbahak bebas di perayaan Kemerdekaan RI yang ke-79 ini.
Pembauran pelaku pawai dari keluarga besar SMK Muhammadiyah 1 Genteng dengan masyarakat secara total, adalah kebersamaan yang tak bisa dienyahkan. Satu hal lagi, bahwa kerbau berkulit hitam besar buatan siswa SMK Muhi, yang tampak sedang sujud, adalah buah kreativitas yang tak berbatas dan menjadi simbolisme rasa syukur yang tak ada habisnya.
Begitu kreatifnya warga dan anak-anak didik di sekolah Muhammadiyah menelorkan karya, merupakan tradisi budaya yang layak diwariskan secara genealogis dan kronologis serta istiqomah. Pawai budaya yang dihelat dengan start di RTH Maron pada pukul 09.00 pagi hingga harus stop pada pukul 14.00 siang dengan finish di IAI Ibrahimy Genteng itu, menjadi tontonan gratis yang bukan remeh temeh, ecek-ecek, maupun kaleng-kaleng.
Kolaborasi tontonan dan tuntunan ini, ternyata merupakan paduan yang estetis dan beretika antara seni, drama, tari, dan musik (sendratasik) yang digeber di sepanjang jalan. Namun demikian, begitu ikhlasnya anak-anak berkarya dan beratraksi, sampai dengan berita ini diturunkan, penerima hadiah sebagai penampil terbaik hingga juara harapan, belum juga dikabarkan. (*)
Penulis Nur Rohman Editor Amanat Solikah