Oleh: Nashrul Mu’minin – Mahasiswa Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
PWMU.CO – Pernyataan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, di Sidang Umum PBB yang mengkritik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengenai klaim Israel yang mendambakan perdamaian patut dicermati dari perspektif politik Islam. Dalam konteks ini, penting untuk merujuk pada ajaran al-Quran dan hadis Nabi Muhammad Saw sebagai landasan dalam memahami hubungan antarnegara, keadilan, dan perdamaian.
Kritik terhadap Klaim Perdamaian Israel
Menlu Retno menyoroti kemunafikan dalam pernyataan Netanyahu. Ia menegaskan, “Bagaimana kita bisa percaya pernyataan itu?” ketika Israel secara bersamaan melancarkan serangan militer. Dalam pandangan politik Islam, perdamaian adalah tujuan utama, dan setiap tindakan yang bertentangan dengan prinsip ini harus dikritisi.
Al-Quran mengajarkan tentang pentingnya keadilan:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا (An-Nisa: 58)
Ayat ini menegaskan pentingnya menepati janji dan amanah. Jika sebuah negara berjanji untuk menciptakan perdamaian namun melakukan tindakan agresif, maka itu jelas merupakan pelanggaran terhadap amanah yang harus dipenuhi.
Hadis Nabi Muhammad Saw
Rasulullah Saw juga mengajarkan kita untuk bersikap adil dan menghindari kedok kemunafikan. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
الظلم ظلمات يوم القيامة (HR. Muslim)
Artinya, “Zalim adalah kegelapan pada hari kiamat.” Dalam konteks ini, tindakan Israel yang mengklaim mendambakan perdamaian sementara melakukan agresi adalah tindakan zalim yang harus ditentang.
Peran Mahasiswa dalam Menyuarakan Keadilan
Sebagai mahasiswa Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, saya merasa bahwa generasi muda memiliki tanggung jawab untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran. Muhammadiyah sebagai organisasi yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, mendorong kita untuk aktif dalam memperjuangkan hak-hak yang terampas, termasuk hak rakyat Palestina.
Dalam pandangan Muhammadiyah, menjaga martabat manusia adalah hal yang wajib. Kita tidak bisa berdiam diri ketika penindasan terjadi. Muhammadiyah mengajarkan bahwa kita harus menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.
Kepemimpinan yang Berlandaskan pada Keadilan
Rasulullah Saw dalam kepemimpinannya selalu mengedepankan keadilan. Beliau bersabda:
إنما الإمام جنة (HR. Muslim)
Artinya, “Sesungguhnya seorang pemimpin itu adalah perisai.”
Pemimpin harus melindungi rakyatnya dan bertindak adil. Dalam konteks ini, kita berharap pemimpin dunia, termasuk Indonesia, terus menekankan pentingnya keadilan dan perdamaian di panggung internasional.
Dalam menghadapi situasi global yang rumit, suara keadilan harus terus disuarakan. Kritik Menlu Retno terhadap klaim perdamaian Israel adalah langkah yang tepat, dan kita sebagai umat Islam harus mendukungnya. Dengan berpegang pada ajaran al-Quran dan hadis, serta landasan Muhammadiyah, kita harus terus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina dan menolak segala bentuk penindasan.
Daftar Pustaka
- Al-Quran Al-Karim.
- Sahih Muslim.
- M. Natsir. (2000). Islam dan Politik. Jakarta: Bulan Bintang.
- Malik. (2015). Dasar-Dasar Politik Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- S. Al-Munawwar. (2018). Keadilan dalam Islam. Jakarta: Prenadamedia Group.
- M. Amin. (2010). Muhammadiyah dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: LKiS.
- R. Ahmad. (2011). Politik Islam dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
- Z. Abidin. (2016). Perdamaian dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- R. Abdurrahman. (2020). Perjuangan Rakyat Palestina. Jakarta: Kompas.
- M. Syafii. (2019). Pemikiran Politik Islam Kontemporer. Yogyakarta: UII Press.
Editor Wildan Nanda Rahmatullah