PWMU.CO – Muhammad Iqbal Rahman hadir sebagai narasumber dalam kegiatan Kajian Tabligh Akbar Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pakis Duren, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Ahad (24/11/2024).
Dalam tausiyahnya, Iqbal mengupas tema “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua” yang diusung oleh panitia. Ia mengawali dengan mengutip makna kata “menghadirkan” yang disampaikan oleh Prof Dr Haedar Nashir MSi.
“Menghadirkan berarti berada dalam suatu keadaan untuk berbuat sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Kata ‘hadir’ dalam bahasa Arab mengandung arti maujud, yaitu ‘ada dan mengada’ atau mewujud di dunia nyata. Dalam kaitannya dengan ‘hadlarah’, kata ini bermakna menghadirkan peradaban, yakni membangun kebudayaan berkemajuan,” jelasnya.
Selanjutnya, ia membahas kata “makmur” atau “kemakmuran” dalam bahasa Arab yang memiliki makna al-rakhā’ (ءﺎﺧرﻟا), al-izdihār (رﺎھدزﻻا), atau al-yumnu wa al-barakah (ﺔﻛرﺑﻟاو نﻣﯾﻟا), yang berarti damai, sejahtera, dan penuh berkah.
Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, kata “makmur” bermakna banyak hasil, banyak penduduk, sejahtera, serba kecukupan, dan tidak kekurangan. Sedangkan “memakmurkan” adalah usaha atau tindakan untuk membuat atau menjadikan sesuatu menjadi makmur.
Iqbal mengaitkan konsep ini dengan frasa dalam budaya Indonesia, yaitu “Gemah Ripah Loh Jinawi,” yang selaras dengan makna baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Saba’ ayat 15:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌۚ جَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗۗ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ
Sungguh, pada kaum Saba’ benar-benar ada suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kami berpesan kepada mereka,) “Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun.”
Iqbal menekankan bahwa untuk menghadirkan kemakmuran, umat perlu berusaha menciptakan kebermanfaatan dan menjadi teladan bagi masyarakat. Ia merangkum empat langkah utama untuk mencapainya, sebagaimana dicontohkan oleh ulama Muhammadiyah terdahulu:
Penduduknya harus memiliki iman dan takwa kepada Allah Swt
Hal ini sesuai dengan QS al-A’raf: 96:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi…”
Memiliki jiwa khalifah di muka bumi
Sebagaimana QS al-Baqarah: 30:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi…”
Mengutamakan kader terbaik untuk berkontribusi dalam Persyarikatan
Iqbal mencontohkan kisah Usamah bin Zaid yang diangkat Rasulullah SAW sebagai panglima perang pada usia 18 tahun.
Memiliki empati dan gemar beramal saleh
Amal saleh menjadi kunci kebermanfaatan umat di tengah masyarakat.
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak
Iqbal juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak-anak sebagai penerus perjuangan dan kepemimpinan dalam Persyarikatan. Ia menguraikan empat hal utama yang harus diperhatikan dalam membina anak, berdasarkan nasihat Imam Ghazali:
- Mengajarkan anak untuk melaksanakan shalat.
Hal ini ditegaskan dalam QS. Thaha: 132:
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya.”
Selain itu, ia mengingatkan akan nasihat Luqman kepada anaknya dalam QS. Luqman: 13 agar tidak menyekutukan Allah.
- Mengajarkan ilmu keislaman sejak dini.
Iqbal mencatat, saat ini terjadi kemerosotan akhlak di kalangan anak-anak, di mana 87% dari mereka dinilai kurang memiliki etika dan tata krama. Oleh karena itu, orang tua perlu membiasakan adab sejak kecil, seperti etika bersuci, makan, dan tidur.
- Membiasakan anak berinteraksi dengan al-Quran.
Ia menekankan agar orang tua tidak hanya sibuk beribadah tanpa membimbing anak mereka untuk mencintai al-Quran. Hadis Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya mendidik anak untuk shalat sejak usia 7 tahun dan memberikan teguran kasih sayang jika lalai pada usia 10 tahun.
- Memilihkan tempat pendidikan yang baik.
Iqbal mengutip pesan Imam Syafi’i:
“Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”
Acara ditutup dengan doa bersama pada pukul 21.15 WIB, dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan bersama. (*)
Penulis Syamsul Arifin Hadi Editor Wildan Nanda Rahmatullah