PWMU.CO – Pengajian Ahad Pagi (PAP) Fastabiqul Khairat Genteng mengulas tema Refleksi Akhir Tahun 2024, Ahad (15/12/2024).
Pengajian yang disampaikan oleh Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, Taufiqur Rohman MPdI itu berlangsung di Masjid Al-Amin Pusat Dakwah Muhammadiyah Genteng yang beralamat di Jalan Hasanudin Genteng.
Tepat pukul 06.00 WIB pengajian ini dimulai. Diikuti oleh jamaah pengajian yang terdiri dari warga Muhammadiyah Genteng serta para simpatisan.
Ketua MPID Banyuwangi itu menyampaikan ceramahnya menggunakan powerpoint. Dia mengawali ceramahnya dengan mengajak jamaah bersyukur kepada Allah, karena masih diberi kekuatan untuk menghadiri majelis ilmu ini.
“Alhamdulillah dapat hadir di majelis PAP fastabiqul khairat ini. Semoga Allah memberikan keberkahan bagi kita semua,” ujarnya.
Selanjutnya dia berinteraksi dengan jamaah, sambil menanyakan apa saja peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan viral selama tahun 2024. Dia pun menampilkan sejumlah peristiwa tersebut melalui slide powerpoint.
Antara lain pemilu presiden, fufufafa, dan juga termasuk judi online. Semua itu bisa menjadi bahan refleksi untuk melangkah lebih baik di tahun depan.
Oleh karena itu seorang muslim harus melakukan refleksi di akhir tahun ini untuk melakukan lompatan besar yang bermanfaat di tahun-tahun mendatang.
Terkait kasus judi online, Taufiqur Rohman yang juga pegiat literasi Kabupaten Banyuwangi itu mengajak bersama-sama untuk mengkampanyekan bahaya judi online tersebut.
Baik itu di sekolah-sekolah maupun di pengajian-pengajian yang menjadi sarana strategis untuk pencegahan judi online. Hal tersebut menjadi bagian dari refleksi di akhir tahun 2014 ini.
Maka dari itu, seorang muslim perlu memiliki standar penilaian untuk refleksi kehidupannya. Khususnya kewajibannya untuk mendakwahkan ajaran islam yang mencerahkan.
Bahwa seorang muslim dikatakan sebagai Khaira ummah (umat terbaik) sebagaimana firman Allah dalam al-Quran Surat ali-Imran ayat 110, jika pada dirinya memiliki kepedulian untuk berdakwah.
“Sayangnya dakwah kita ini masih banyak yang konvensional. Dakwah hanya berhenti di mimbar,” tandasnya.
Seorang muslim, terutama mubaligh perlu merefleksikan metode dakwahnya selama ini. Taufiqur Rohman mengambil contoh ketika seseorang terjadwal khatib Jumat.
Pada Kamis malam hendaknya ia sudah membuat konsep materi khutbah yang akan disampaikan dengan memperhatikan latar belakang atau kondisi jamaah.
Setelah naik mimbar hendaknya dilanjutkan dengan membuat publikasi ceramahnya, sehingga dapat dinikmati oleh warga dunia. Dengan cara mengunggahnya ke media sosial. Harapannya pesan ajaran islam yang rahmatan lil alamin tersampaikan ke seluruh umat manusia.
Kebermanfaatan diri di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan menjadi standar refleksi yang juga harus dilakukan seorang muslim. Sambil dia mengutip hadits nabi bahwa sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi sesamanya.
Standar refleksi berikutnya yang juga harus diperhatikan seorang muslim adalah Tadabbur Quran. Bahkan menurutnya ini adalah standar wajib yang harus ada pada diri dan keluarga muslim. Karena al-Quran diturunkan untuk menjadi pedoman orang yang bertakwa.
Mengakhiri ceramahnya, Taufiqur Rohman berpesan kepada jamaah untuk tetap bertakwa setelah melakukan refleksi akhir tahun ini. Sambil dia membacakan ayat al-Quran Surat al-Hasyr ayat 18.
“Aplikasikan nilai-nilai ketakwaan di setiap aktivitas kita. Semoga Allah selalu memberi hidayah kepada kita,” pesannya. Pengajian yang berdurasi selama satu jam ini berlangsung dengan lancar dan tertib.(*)
Penulis Ghulam Taufiq Editor Zahrah Khairani Karim