Oleh: Moh Helman Sueb – Pembina Pesantren Muhammadiyah 1 Babat, Lamongan
PWMU.CO – Dalam pandangan Islam, segala pekerjaan itu tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya (HR. Bukhari).
Bila niat seseorang itu baik, maka pekerjaan yang dilakukan sudah mendapatkan nilai satu kebaikan. Jika niat itu dilaksanakan, akan mendapat sepuluh kebaikan, tujuh ratus kebaikan, bahkan berlipat ganda, bila semua itu diniatkan semata-mata karena Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Sebaliknya, bila seseorang berniat jahat tetapi tidak dilakukan, maka dia akan mendapatkan satu kebaikan. Namun, jika dilakukan, dia hanya mendapat satu kejahatan.
Bagi orang yang berpikir secara matematis, hasil berbuat baik sangat berlebih dibandingkan dengan akibat berbuat jahat yang hanya satu kejahatan.
Maka, ada yang berpikir leluasa melakukan kejahatan karena dapat ditebus dengan kebaikan yang dilakukan. Hal ini tentu tidak dapat diterima, karena Islam melarang melakukan kejahatan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu membiasakan diri bersikap, berucap, serta bertindak karena Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Hal ini akan membentengi diri dari pengaruh kehidupan yang negatif atau menyimpang dari jalan-Nya.
Dengan demikian, tidak mudah tergoda oleh hawa nafsu, setan, budaya kafir, dan perilaku munafik yang selalu memengaruhi kehidupan manusia.
Empat Macam Manusia
Menurut hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dari Abi Kabyah Al-Anshory, ada empat macam manusia yang tidak terlepas dari niat yang dilakukan:
- Manusia yang diberi harta dan ilmu.
Dia mengamalkan ilmunya dalam menafkahkan hartanya dan menginfakkan hartanya pada tempat yang benar. Memiliki harta adalah nikmat yang luar biasa, karena sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, bila seseorang diberi nikmat berupa harta, apalagi ditunjang dengan ilmu yang merupakan anugerah besar, dia mampu menggunakan hartanya di jalan Allah Subhaanahu wa Ta’ala dengan landasan ilmu yang dimilikinya. Maka, dia akan mendapatkan kebaikan di dunia dan pahala sebagai bekal akhirat. - Manusia yang diberi ilmu tetapi tidak diberi harta.
Dia berkata, “Jika saya memiliki harta sebanyak itu, maka saya akan membelanjakan harta saya pada tempat yang benar sebagaimana yang dilakukannya.” Pada hakikatnya, ilmu adalah anugerah Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan ilmu, seseorang dapat memanfaatkan harta dengan baik bila kelak memilikinya. Inilah keunggulan ilmu yang mampu membawa harta pada jalan yang diridai Allah Subhaanahu wa Ta’ala. - Manusia yang diberi harta tetapi tidak diberi ilmu.
Dia berbuat semaunya terhadap hartanya, membelanjakannya tidak pada tempat yang benar. Meskipun harta adalah anugerah Allah Subhaanahu wa Ta’ala, karena tidak memiliki ilmu, dia cenderung menggunakannya pada jalan yang salah. - Manusia yang tidak diberi harta maupun ilmu.
Seorang tidak diberi ilmu dan harta oleh Allah, dia mengatakan “Jika saya memiliki harta sebanyak itu, maka saya akan berbuat seperti yang dilakukannya.” Karena tidak memiliki harta dan ilmu, niatnya menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Kedudukan niat sangat penting dan mampu mengubah tindakan seseorang. Niat yang bernuansa positif akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Sebaliknya, niat yang bernuansa negatif akan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Jelaslah bahwa perbuatan negatif maupun positif yang diniatkan akan berdampak pada kehidupan.
Editor Zahra Putri Pratiwig