PWMU.CO – Prestasi gemilang kembali diukir oleh SD Mumtaz (SD Muhammadiyah 1 dan 2 Taman). Dua siswinya, Khanza Dzakiyya Safia Alesha dari kelas 4F dan Elvani Aulia Az Zahra dari kelas 3H, berhasil meraih juara 1 lomba menulis cerpen tingkat nasional.
Kompetisi bergengsi yang diselenggarakan oleh Antero Literasi Indonesia ini menjadi ajang unjuk bakat literasi luar biasa dari generasi muda, Jumat (10/1/2025).
Kisah Persahabatan yang Tulus: Puisi untuk Freya
Khanza Dzakiyya Safia Alesha, siswi multitalenta sekaligus hafizah al-Quran, memenangkan kategori tema Air Mata Bercerita melalui cerpen berjudul Puisi untuk Freya.
Dalam karyanya, Khanza dengan indah mengisahkan persahabatan sejati antara tokoh utama dan Freya, seorang sahabat yang luar biasa.
Freya digambarkan sebagai sosok penuh ketulusan dan empati. Ia selalu hadir untuk membantu, seperti membuka botol bagi teman yang kesulitan hingga membayar jajanan sahabatnya yang lupa membawa uang.
Kebaikan kecil ini, meski sederhana, menjadi pengikat persahabatan mereka. Inspirasi dari Freya membuat tokoh utama menulis puisi sebagai ungkapan rasa syukur dan penghargaan.
Karya ini menanamkan nilai bahwa persahabatan sejati tidak diukur dari materi, melainkan dari ketulusan hati dan kebaikan kecil yang dilakukan dengan ikhlas.
Cerpen ini menjadi pengingat bahwa tindakan sederhana dapat menyatukan hati dan menjalin hubungan yang bermakna.
Warisan Inspirasi: Kenangan yang Abadi
Di sisi lain, Elvani Aulia Az Zahra memukau para juri dengan cerpen berjudul Kenangan yang Abadi, pemenang kategori tema Lembaran Baru.
Cerpen ini bercerita tentang Fanny, seorang anak yang mengidolakan gurunya, Bu Azza. Terinspirasi oleh kebaikan dan kepedulian sang guru, Fanny bertekad menjadi guru penuh dedikasi seperti idolanya.
Seiring waktu, Fanny berhasil mewujudkan cita-citanya dan kembali mengajar di sekolah tempatnya dulu belajar. Namun, kabar duka tentang wafatnya Bu Azza membuatnya terenyuh.
Kehadiran seorang murid bernama Fanny kecil, yang ternyata adalah anak Bu Azza, membawa kenangan akan sang guru kembali hidup dalam dirinya.
Cerpen ini menggambarkan bahwa cinta dan dedikasi seorang guru mampu bertahan melampaui waktu, menjadi kenangan abadi yang menginspirasi generasi berikutnya.
Pesan mendalam ini menjadikan karya Elvani sebagai bukti bahwa peran guru lebih dari sekadar mengajar. Mereka juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang terus dikenang.