Oleh Muhammad Faiq Razka Wibowo – Mahasiswa UM Surabaya
PWMU.CO – Kecerdasan buatan atau yang secara umum populer dengan istilah Artificial Intelligence (AI) kini semakin menjadi perbincangan publik. Terlebih ketika aplikasi ini telah merambah dalam dunia ilustrasi. Konon munculnya aplikasi kecerdasan buatan dalam dunia ilustrasi berpotensi untuk menggusur posisi para seniman. Contoh kasusnya adalah dalam ajang penghargaan seni tahunan, Colorado State Fair yang menjadi pemenangnya adalah seorang pekerja kreatif yang memanfaatkan kecerdasan buatan bernama Midjourney.
Peristiwa itu kemudian mampu memantik diskusi besar pada dunia seni visual. Berbagai tanggapan muncul, sampai pada ada pandangan yang saling berhadapan karena memunculkan sikap pro dan kontra dalam penggunaan AI.
Pada era modern saat ini teknologi telah berkembang dengan sangat pesatnya. Sebenarnya hal tersebut merupakan hal yang wajar, karena kecerdasan manusia yang terus berkembang dan kemudian mampu mengembangkan inovasi untuk mempermudah memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.
Kecerdasan buatan atau AI merupakan salah satu hasil dari perkembangan teknologi yang diaplikasikan dalam kehidupan manusia. AI juga dapat kita rasakan, misalnya, saat menggunakan layanan dari google asisten ataupun Siri (sebuah fitur bawaan iOS+.red) yang ada pada smartphone. Karena AI adalah teknologi yang membutuhkan data dalam penerapannya.
Namun, seolah telah menjadi hukum alam bahwa setiap perkembangan pasti memiliki pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Tak terpungkiri bahwa AI kini telah merambah ke dunia kreatif atau seni visual. Pada satu sisi AI mampu mengubah foto biasa menjadi karya digital, namun pada sisi lain justru menimbulkan keresahan tersendiri terhadap masa depan seniman kreatif.
Secara teknis cara kerja AI dengan mengambil gambar dari internet, mengumpulkan banyak informasi tentang gambar tersebut untuk dapat diolah menjadi suatu gambar baru. Gambar baru tersebut merupakan hasil karya dari AI yang diperoleh secara cepat. Hal tersebut berbeda dengan para ilustrator yang mengharuskan mereka mencari ide dan konsep secara manual. Pekerjaan illustrator ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kecerdasan buatan sangat keuntungan pada saat proses desain ilustrasi. Proses desain ilustrasi lebih efektif efisiensi, karena memberikan kecepatan yang signifikan dalam proses pembuatan desain. Hal ini memberikan kesempatan pada ilustrator untuk fokus pada aspek yang lebih kreatif pada pekerjaannya. Akses terhadap AI yang semakin mudah, menjadikan seorang desainer dengan kemampuan imajinasi terbatas pun bisa memanfaatkan teknologi canggih ini. Pada sisi lain, AI juga dapat memproduksi desain yang unik secara cepat.
AI sebagai tools pendamping bagi para ilustrator
Meskipun AI memberi banyak manfaat bagi illustrator, tapi juga tetap memiliki kekurangan. Dampak kurang positif dari pemakaian AI untuk ilustrasi adalah menurunnya kreativitas dan orisinalitas seorang ilustrator. Juga melemahnya memahami konsep dalam ilustrasi. Padahal ilustrator dalam membuat karya cenderung melibatkan keseimbangan estetika, emosi dan pengalaman dalam berkarya. Karenanya, AI sangat potensi membatasi seorang ilustrator untuk mampu mengembangkan dan menghasilkan karya yang benar benar kreatif dan inovatif.
Seorang illustrator seharusnya tidak boleh kalah oleh AI. Kreativitas illustratorlah yang seharusnya melengkapi desain yang dihasilkan AI, bukan sebaliknya. Desainer sah-sah saja menggunakan AI sekedar untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru, menghasilkan konsep desain awal, dan mendapatkan inspirasi. Namun terkait visi kreatif, penilaian artistik, dan kemampuan bercerita untuk meningkatkan dan menyempurnakan desain yang dihasilkan AI ada pada kuasa ilustrator.
Membangun keseimbangan
Kolaborasi antara AI dan kreativitas illustrator dapat menghasilkan strategi yang menarik dan berdampak yang menyeimbangkan inovasi dan hubungan antarmanusia.
Sangat penting untuk menemukan keseimbangan antara AI dan kreativitas sang ilustrator. Maka seorang ilustrator harus secara optimal memandang AI hanya sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti kemampuan kreativitasnya. Ilustrator dapat menghasilkan karya ilustrasi yang bagus dengan memanfaatkan alat bantu yang bernama AI.
Bagaimana cara menjaga keseimbangan antara AI dan kreativitas illustrator? Jawabannya, para desainer harus terus mengembangkan keterampilan kreatifnya dan terus mengikuti perkembangan terkini dalam teknologi AI. Mereka harus terbuka untuk belajar dan beradaptasi dengan alat dan teknik baru sambil tetap “setia pada style art” masing masing.
Ilustrator dapat menggunakan AI untuk membuat tugas yang berulang dan menghasilkan konsep ilustrasi awal. Hal ini dapat memungkinkan ilustrator lebih fokus dalam meningkatkan pekerjaan mereka yang lebih strategis dan kreatif. Dengan memanfaatkan AI sebagai pendamping dalam membuat ilustrasi, seorang ilustrator dapat mengeksplorasi ilustrasinya dengan art style yang berbeda, menentang batas kreatif mereka, dan memperkuat hasil kreativitas mereka.
Menjaga keseimbangan antara AI dan pola pikir manusia mengharuskan para Ilustrator untuk terus mengambangkan skill mereka dan terus mengikuti perkembangan terkini dalam teknologi AI. Mereka harus lebih terbuka untuk beradaptasi dengan alat dan teknik mereka sambil mempertahankan style art yang mereka kuasai. Kolaborasi dengan AI dan ilustrator dapat menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang potensi teknologi dan kreativitas manusia.
Tahun 2023 lalu kompetisi seni tahunan Colorade State Fair yang terselenggara di Pueblo, Colorado dimenangkan oleh seniman yang memanfaatkan AI. Seniman bernama Jason M Allen dari Pueblo, Colorado. Namun dia tidak berhasil masuk dengan kuas atau segumpal tanah liat. Dia menciptakan sebuah karya seni dengan sebuah program kecerdasan buatan yang mengubah teks menjadi gambar yang hyper realistis.
Karya Mr Allen tersebut membawa pulang Fisrt Place Fine Art pada kontes pameran tersebut, dan itu menjadi salah satu karya buatan AI pertama yang memenangkan hadiah tersebut, dan sekaligus memicu reaksi keras dari seniman dengan menuduhnya curang.
Seni hasil dari AI telah ada selama bertahun-tahun. Namun alat yang rilis tahun ini dengan nama seperti DALL-E 2, Midjourney, dan Stable Diffusion –- telah memungkinkan para amatir membuat karya yang kompleks, abstrak, atau fotorealistik hanya dengan mengetikkan beberapa kata ke dalam kotak teks.
Editor Notonegoro