Oleh Wildan Rafli Muzaqqi – Mahasiswa UM Surabaya
PWMU.CO – Teknologi terus mengalami berkembang yang sangat pesat, bermula dari era Revolusi Industri 4.0 hingga kini pada era Revolusi Society 5.0. Society 5.0 merupakan kelanjutan dari Society 4.0 yang dikaitkan dengan Revolusi Industri 4.0.
Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan besar yang keberadaannya di Indonesia sangat memberikan pengaruh, harus siap menghadapi perkembangan teknologi tersebut. Karena itu, sikap adaptif menjadi hal yang sangat penting untuk menghadapi perkembangan teknologi tersebut. Muhammadiyah harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik dari segi teknologi maupun sosial-budaya. Hal ini agar Muhammadiyah tetap relevan dan dapat memberikan kontribusi positif bagi warga persyarikatan khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Selain sikap adaptif, Muhammadiyah juga harus terus mempertahankan bersikap kritisnya terhadap perkembangan teknologi. Sikap kritis menjadi pilihan wajib agar Muhammadiyah tidak mudah terpapar oleh efek negatif dari teknologi itu sendiri, misalnya: pengaruh dari penyebaran informasi hoaks dan radikalisme.
Kita tidak mungkin menutup mata dan telinga, bahwa Muhammadiyah telah banyak melakukan berbagai persiapan dalalm menghadapi perkembangan teknologi modern ini. Diantaranya adalah dengan mengembangkan berbagai program di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi. Tetapi Muhammadiyah juga tidak boleh lelah dalam melakukan kajian maupun penelitian untuk memahami dan mengikuti perkembangan teknologi terbarukan, termasuk dampaknya bagi masyarakat.
Apalagi di era media sosial (medsos) yang sangat gila-gilaan ini, tak terpungkiri bahwa berkali-kali muncul fenomena — yang dalam istilah Pak Dahlan Iskan — “kebenaran baru”. Kebenaran baru ini bukan berpijak pada fakta, tetapi pada persepsi dan framing. Karena itu, Muhammadiyah perlu menjaga bersikap kritisnya terhadap fenomena ini. Muhammadiyah harus bisa memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat luas.
Dalam menghadapi era teknologi 4.0 dan 5.0 tersebut, Muhammadiyah perlu mempersiapkan dan lebih peduli pada kader-kadernya. Peningkatan kualitas skill dan sains (keterampilan dan pengetahuan) melalui pendidikan yang berkualitas sangat penting untuk menghadapi perkembangan teknologi itu.
Persyarikatan Muhammadiyah bersama seluruh organisasi otonom dan amal usahanya yang terkait untuk mampu menggiatkan budaya secara dinamis terhadap literasi digital agar masyarakat semakin bijak dan bertanggung jawab saat memanfaatkan teknologi. Masyarakat harus menjadi komunitas digital yang sehat, — yang jauh dari informasi hoaks, radikalisme, dan konten negatif lainnya. Dengan cara tersebut, kehadiran Muhammadiyah pada kehidupan masyarakat secara nyata menjadi kebutuhan yang selalu bermakna positif dan bermanfaat.
Pada era teknologi digital ini Muhammadiyah memiliki peluang yang sangat luas untuk meningkatkan kreativitas dakwah dengan semakin menjangkau kalangan generasi muda yang telah hidup dalam ekosistem digital. Bukankah beberapa dekade terakhir ini Muhammadiyah telah menunjukkan upaya signifikan dalam menyesuaikan strategi komunikasinya dengan perkembangan teknologi digital?
Akun “Lensamu” merupakan salah satu contoh akun yang berhasil memanfaatkan platform seperti Instagram dan YouTube untuk menyajikan konten dakwah yang berkemajuan dan menarik. Melalui video singkat, infografis, dan cerita (Instagram stories), Lensamu berhasil menjangkau ribuan pengguna media sosial, khususnya generasi muda.
Akun Muhammadiyah lainnya, misalnya “Suara Muhammadiyah” juga telah memanfaaatkan platform digital seperti website, Instagram, dan Facebook untuk menghadirkan berita, artikel, dan informasi keagamaan yang up-to-date dan sesuai dengan tren konsumsi media saat ini. Akun LazisMu dengan kampanye-kampanye digitalnya, juga sukses memanfaatkan platform media sosial untuk menggalang donasi secara online, dengan menargetkan isu-isu sosial yang relevan dan menarik simpati publik luas.
Pendek kata, Muhammadiyah telah berhasil menunjukkan adaptasi yang signifikan terhadap tuntutan komunikasi digital. Kolaborasi dengan influencer digital dan pemanfaatan media sosial untuk mobilisasi kegiatan sosial, termasuk penggalangan dana oleh LazisMu, menunjukkan bahwa Muhammadiyah mampu memanfaatkan teknologi digital untuk memperkuat peran dakwahnya.
Namun, Muhammadiyah juga jangan cepat terpuaskan dengan capaian yang sudah ada selama ini. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknologi dan komunikasi, pengembangan infrastruktur digital yang lebih memadai, serta evaluasi berkala terhadap efektivitas strategi yang diterapkan harus terus dilakukan untuk memastikan harapan keberhasilan pada program jangka panjang. Dengan kolaborasi yang kuat antara organisasi, akademisi, dan influencer digital, Muhammadiyah InsyaAllah dapat memainkan peran utama dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin di era digital ini.
Editor Notonegoro