PWMU.CO – Pandu Hizbul Wathan (HW) MAM 8 Takerharjo, Solokuro, Lamongan berwisata ke Air Terjun Nglirip, Mulyorejo, Singgahan, Tuban pada Senin (27/11/2025).
Pembina HW, Kunawi SAg HM, Sukatim, dan Naufal Yulian Akbar SH meminta 21 pandu serta sopir untuk berkumpul di madrasah pada pukul 07.00 WIB.
Tepat pukul 07.00 WIB, sopir yang merupakan alumnus MAM 8 Takerharjo sudah tiba. Sementara itu, beberapa pandu masih bersiap, ada yang baru mandi, mengenakan pakaian, menyiapkan uang saku, serta berpamitan kepada orang tua sebelum keberangkatan.
Pukul 08.30 WIB, pembina dan para pandu menaiki mobil Colt Mitsubishi. Beberapa duduk, sementara yang lain berdiri. Mobil awalnya ditutup dengan muto (terpal) untuk menghindari hujan, namun karena cuaca panas, terpal akhirnya dilepas.
Saat mobil melaju, hujan mulai turun di sekitar Makam Sunan Drajat. Kendaraan pun kemudian berhenti untuk memasang kembali terpal.
Sesampainya di Wisata Bahari Lamongan dan Maharani Zoo Lamongan (Mazola), hujan reda. Terpal pun dibuka kembali hingga mencapai kota Tuban. Di tengah perjalanan, para pandu mulai kehausan, sehingga mobil berhenti di Alfamart Merak Urak. Mereka membeli kopi, air mineral, dan roti, serta beristirahat sejenak karena hujan yang lebat.
Mobil kembali melaju di atas genangan air yang membasahi jalan. Sesekali, percikan air mengenai wajah. Pandu pun memohon kepada Allah agar perjalanan ini dimudahkan, didekatkan, diringankan, dan diperlihatkan pemandangan yang membahagiakan.
Akhirnya, rombongan ini sampai di wisata Air Terjun Putri Nglirip. Mobil pun diparkir dan para pandu bersuci serta melaksanakan shalat qashar Dhuhur Ashar di Mushala Syuhada.
Sementara itu, Pembina pun berdoa, “Ya Allah, kami memohon kebaikan untuk tempat ini dan penduduknya. Kami juga berlindung kepada-Mu dari keburukan negeri ini, penduduknya, serta segala hal yang ada di tempat wisata ini.”
Para pandu merasa cukup senang meski pemandangannya cukup menyedihkan. Air terjun yang terlihat berwarna merah muda, ditambah hujan yang tak kunjung reda, membuat pakaian mereka basah kuyup dan tubuh mulai kedinginan. Perut pun mulai keroncongan.
Meski begitu, para pandu tetap bersyukur karena di sekitar area wisata ini terdapat penjual sandal, mantel, dan minuman. Selain itu, ada warung makan yang menyajikan soto ayam kampung dengan harga sekitar lima belas ribu, ditambah bonus gimbal kacang.
“Maha Suci Allah yang menundukkan dan menguasakan semua ini untuk kami. Engkau meridai amal kami dan bahkan melindungi kami dari beratnya perjalanan, keburukan harta, dan keluarga kami,” kata Kunawi. (*)
Penulis Mushlihin Editor Ni’matul Faizah