PWM.CO – Memasuki kampung Awikoen Tama Selatan Kel. Gending Kebomas Gresik nuansanya terasa lain. Meskipun berupa permukiman dengan gang sempit tapi tampak asri. Tumbuhan hijau dalam pot-pot kecil berderet rapi di berem jalan kanan kiri. Bunga gantung warna-warni turut menambah indah dan segarnya kampung. Kampung ini penghasil tomat, cabai, terong, sawi, dan berbagai jenis bunga meski dalam jumlah kecil.
Pot-pot gantung itu terbuat dari botol plastik bekas yang dibungkus tas kain bekas pula. Di kampung ini hampir-hampir tidak ada bak sampah sebab semua sampah dipilah dan diolah. Pemandangan menjadi indah, seindah nama pemilik rumah sederhana di sana yang dikenal sebagai pelopor pertanian di perkotaan ini.
Indah Wahyuni, perempuan muda asli Gresik ini mulai dikenal sejak ide dia menggalakkan urban farming yang akhirnya menggema di Gresik. Urban farming atau pertanian di perkotaan dengan memanfaatkan lahan sempit dan aneka tempat untuk bercocok tanam sayur dan buah.
Gagasan urban farming oleh Indah Wahyuni ini berawal dari keresahannya melihat sampah campur baur di kampungnya hingga menimbulkan bau tak sedap. “Padahal jika sampah itu dipisah antara yang organik dan anorganik, tidak akan berbau,” tutur Indah Wahyuni mengawali obrolan santai siang itu.
Dia bercerita, awal tahun 2011, sampah anorganik dikelola dengan membuat Bank Sampah di Kelurahan Gending Kebomas Gresik, tempat ia tinggal. Sampah plastik, kertas, dikumpulkan untuk didaur ulang. Kemudian sampah organik yang terdiri bekas sayuran dan buah dibantu dosen Universitas Muhammadiyah Gresik, Solikhin SP, mengajari cara pengolahannya. Tahun 2013 itu dengan mengajak warga sekitar mulai mengelola sampah organik dijadikan pupuk.
Tong-tong besar dimodifikasi sedemikian rupa untuk dimanfaatkan sebagai tempat menanam sayur mayor, di tengahnya digunakan untuk tempat ternak belut. Saat kemarau panjang, ternak belut terhenti sehingga tempatnya beralih fungsi sebagai komposter. Sampah-sampah organik itu dijadikan satu dimasukkan tong , ditimbun hingga siap menjadi media tanam.
TPS baginya bukanlah Tempat Pembuangan Sampah tetapi Tempat Pengelolaan Sampah. Jadi sampah bukan untuk dibuang tapi dikelola menjadi media tanam atau pupuk cair. Sebagai pioner dia harus mampu menjaga semangat para tetangganya di urban farming ini yang naik turun ini. Saat musim kegiatan lomba banyak warga aktif tapi setelah itu menurun lagi.
Perempuan yang tinggal di Jalan Awikoen Tama Selatan 46A RT 3 RW 2 Gending Kebomas Gresik ini menjelaskan pernah menanam berbagai macam sayuran sesuai musim seperti sawi, bayam merah, tomat, dan kucai.
“Beda perlakuan tiap jenisnya. Tapi ya intinya semua butuh perhatian, butuh sentuhan, setiap hari dilihat, jika ada daun kering diambil, ada rumput diambil, dan setiap satu bulan sekali tanahnya diurai,” paparnya.
Kepada pwmu.co, Indah menyampaikan apa yang dilakukannya ini bukan sekadar hobi, tetapi juga untuk belajar mencari penghasilan bagi ibu-ibu PKK. Hasil panen dijual dengan sepeda keliling. Warga sekitar sendiri yang membelinya. Meski harga lebih tinggi sedikit dari pasar, tapi warga suka karena tahu proses menanam dan merawatnya tanpa pestisida.
“Keuntungannya masuk kas PKK. Ada pembukuannya di bendahara. Jadi akan kembali lagi ke lingkungan,” jelas ibu tiga anak itu yang menjabat Wakil Asosiasi Bank Sampah Gresik.
Keunikan pertanian model ini tidak membutuhkan lahan luas. Media tanam berupa tong selebar 60 cm diletakkan di pinggir jalan atau di atas trotoar.
Indah mendapatkan pengetahuan lingkungan hijau saat mengikuti Kader Posyandu. “Jadi ndak punya modal. Ya modalnya itu nekat untuk obrak-obrak warga agar mau memilah dan mengolah sampah, gitu aja,” jelasnya sambil menunjukkan tanaman tomat yang mulai berbuah.
Pendiri Rose Community Care di kampungnya ini sudah banyak menerima kunjungan tamu melihat urban farming di kampungnya. Mulai rombongan dari Bungah, Dukun, Panceng, Tuban, Kediri, hingga Bangka Belitung. Perempuan yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Kelurahan Gending ini juga telah beberapa kali menjadi narasumber berbagai kegiatan lingkungan hidup termasuk Aisyiyah. (ria eka lestari)