PWMU.CO-IPM Ranting SMP Muhammadiyah 04 Tanggul (SMP Muhata) mengisi liburan dengan mengadakan up grading selama dua hari yaitu Jumat-Sabtu (16-17/2/2018). Acara diikuti oleh 22 peserta yang semuanya pimpinan IPM SMP Muhata.
Ketika masuk materi keorganisasian, pemateri Humaiyah yang juga Sekretaris PCA Tanggul membawa buah durian. Para siswa pun menyambut gembira buah durian yang harumnya langsung memenuhi ruang kelas.
”Silakan durian ini dibelah,” tutur Humaiyah mempersilakan peserta memecah durian. Karena tidak ada bendo, maka beberapa siswa mencoba membelah dengan tangannya. Gagal. Ada lagi yang mencoba membelah dengan menginjakkan kakinya juga gagal.
Baca Juga: Lisan Itu Kadang seperti Kalajengking
”Sulit sekali membelah duriannya, Bu,” kata Aditya Wibowo, Ketua IPM SMP Muhata. Satu per satu peserta berusaha lagi. Tapi gagal juga.
”Susahnya membelah durian itu ibarat berorganisasi. Sulit dan berat. Seperti sekarang ini, yang lain enak-enak main, kalian malah mengikuti up grading, yang lain gak usah capek-capek mencari dana, kalian harus datang ke sana kemari untuk menghidupi organisasi,” tuturnya.
Tapi yakinlah, sambung dia, selama kalian menikmati aktif berorganisasi, manfaatnya akan kalian rasakan, tidak hanya untuk saat ini saja, tapi kelak ketika kalian terjun di masyarakat, kalian tidak akan canggung berbicara di hadapan khalayak, kalian mampu mencari solusi ketika ada masalah.
“Terpenting lagi ketika kalian sudah pandai berorganisasi, kalian seperti durian, keberadaan kalian selalu dicari. Harumnya menggoda selera. Ilmu kalian akan dinanti umat, keberadaan kalian kader IPM seperti yang disebut dalam hadits Nabi khoirunnaas anfauhum linnaas, manusia yang terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat untuk orang lain,” tandas Humaiyah.
Penyampaian materi selesai, kemudian menyinggung lagi soal durian. ”Ayo kalau tadi sendiri-sendiri, kalian tidak bisa membelah, sekarang bekerja sama. Bersama pasti bisa,” lanjut Humaiyah layaknya jurkam. Peserta saling berpandangan dan tersenyum. Mereka bangkit lagi membuka durian berkelompok. Saling usul teknik membelah durian.
Akhirnya satu durian terbelah setelah ada retakan ditarik berlawanan. Mereka pun langsung menyerbu durian Sumberjambe Jember yang manis itu. Habis satu, durian lainnya dibelah lagi. Ternyata sekarang menjadi begitu mudah membelahnya ketika sudah ketemu teknisnya.
Di tengah asyiknya makan durian, tiba-tiba Nopri, siswa berbadan kurus berkomentar, ”Ada lho, kita sudah bersusah-payah membelah durian, ee..begitu dimakan rasanya hambar seperti makan tahu.”
Humaiyah langsung membuat metafora lagi. ”Ibarat kita menanam pohon, banyak kemungkinan yang terjadi. Ada yang bisa bertahan hidup tapi ada juga yang mati. Ada pohon yang berbuah tapi tidak semua buah bisa menjadi besar dan dinikmati. Ada yang jatuh saat masih muda. Seperti itulah pengkaderan tidak semua peserta yang kita latih bisa jadi semua,” kata dia menjelaskan. Peserta saling berpandangan dan mengangguk sangat paham dengan perumpamaan itu. (Humaiyah)