PWMU.CO-Siswa-siswi SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya tersenyum senang ketika tiba di Gedung T2 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di kampus Lidah Wetan. Murid berjumlah 62 anak itu mengikuti Diklat Bahasa Jepang, Selasa (20/02/2018).
“Yokoso,” ucap Didik Nurhadi, dosen jurusan bahasa Jepang Unesa menyambut para murid. Arti kata itu selamat datang. Kemudian siswa-siswi disambut atraksi taiko, yaitu kesenian tabuh bedug yang dimainkan oleh Muhammad Multazam, mahasiswa semester 4. “Dahulu taiko dimainkan saat perang untuk membangkitkan semangat, sekarang dimainkan pada acara festival-festival atau wisuda,” terang Multazam.
Baca Juga: Hapal Juz 29 dan 30, Siswa Kelas 2 Mudipat Ini Juara Tahfidh
Dalam sambutannya, Didik menyampaikan, kedatangan siswa-siswi SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya beserta guru-guru yang pertama dari kalangan sekolah dasar. “Kami sangat senang menerima kunjungan anak-anak, ustadz, ustadzah dari SD Muhammadiyah 4 Pucang, ini pertama kali SD berkunjung ke sini. Anak-anak di sini dikenalkan bahasa dan budaya Jepang oleh mahasiswa-mahasiswa jurusan bahasa Jepang dan tenaga native speaker asli Jepang,” ujar Didik yang pernah menetap tujuh tahun di Jepang.
“Konnichiwa, nama saya Moto Hasi Keiko, saya datang dari kota Saitama, tempat anime Sinchan dibuat,” ucap Moto memperkenalkan diri. Dia merupakan tenaga native speaker yang didatangkan Japan Foundation mengajar di Unesa.
Moto menjelaskan salah satu permainan khas Jepang yaitu janken. “Di Jepang ada permainan tradisional namanya janken,” tuturnya. Permainan Janken ini, Moto melanjutkan, dilakukan paling sedikit dua orang. Dengan menyerukan Jan, Ken, Pon, saat seruan Pon diteriakkan, tangan diulurkan membentuk Gu (kepalan tangan) melambangkan batu, lalu Choki (telunjuk dan jari tengah membentuk huruf v) melambangkan gunting, terakhir Pa (seluruh jari-jari diluruskan hingga telapak tangan terlihat) melambangkan kertas,” jelas Moto
Moto menambahkan, Gu menang terhadap Choki, tetapi kalah terhadap Pa (karena batu tidak bisa digunting, jadi ia lebih kuat daripada gunting, sebaliknya, batu bisa dibungkus oleh kertas, sehingga ia kalah kepada kertas. Choki menang terhadap Pa, tetapi kalah oleh Gu. Sementara Pa menang terhadap Gu, tapi kalah terhadap Choki
Setelah penjelasan tentang janken, siswa-siswi disuguhi tari-tarian khas Jepang, yaitu Sakura Odori. “Sakura Odori dimainkan oleh wanita dengan memakai yukata dan penarinya memegang kipas. Sakura Odori dengan diiringi lagu khas Jepang,” terang Nafisah, mahasiswa jurusan bahasa Jepang semester 6
Kemudian siswa-siswi disuguhi pertunjukan Yosakoi. “Yosakoi adalah tari dengan ciri khas gerakan tangan dan kaki yang dinamis. Sambil menari, di kedua belah tangan, penari membunyikan perkusi dari kayu yang disebut naruko. Awalnya, naruko dipakai untuk mengusir burung-burung di sawah, tapi sekarang menjadi pelengkap tari,” jelas Nafisah.
Sesi terakhir, siswa-siswi mempraktikkan cara menulis indah atau seni kaligrafi huruf Jepang yang dibimbing beberapa mahasiswa jurusan bahasa Jepang. (Anang)