PWMU.CO-Hiduplah seperti matahari, selalu memberi dan menyinari tanpa harus diminta atau tidak. Demikian pesan disampaikan Kepala SMA Muhammadiyah 2 (SMAMDA) Sidoarjo, Wigatiningsih saat membriefing guru SMAMDA, Rabu (17/4). Di hadapan dewan guru, ibu dua anak ini menyammpaikan pesannya sambil menyitir tausiyah dari Sekretaris PWM Jatim Tamhid Mashudi tentang arti lambang Muhammadiyah yang berbentuk matahari.
“Saya meneruskan tausiyah sekretaris Muhammadiyah Jatim tentang filosofi dari lambang Muhammadiyah,” tutur Wigatiningsih dalam briefing terhadap para dewan guru. Briefing itu sendiri dilakukan setelah mengaji Surat al Insiqoq ayat (1-25) dipimpin Ustadz Musyaffak Basyir dengan irama hijaz.
Menurut Wigatiningsih, ada tiga makna filosofi matahari sehingga dijadikan sebagai lambang Muhammadiyah. Pertama, terang dia, matahari selalu memberi. Disukai atau tidak disukai, matahari akan selalu memberi. Memberi kepada siapa saja dan tidak pandang bulu. Selalu memberi, menjadi energi positif bagi ummat dan terus menabur manfaat.
“Setiap hari tanpa disuruh, matahari sudah memberi kepada kita. Memberi penyinaran ke seluruh muka bumi, memberi sebanyak-banyaknya bukan meminta sebanyak banyaknya,” tegas perempuan yang menjadi Pendekar Tapak Suci.
Makna filosofi kedia, lanjut dia, matahari selalu menyinari, menjadi penerang dalam gulita. “Karena itu, sebagai kader Muhammadiyah harus selalu mencerahkan, memberikan sinar yang bermanfaat kepada siapa saja,” terang perempuan yang akrab dipanggil Bu Wigati penuh semangat.
Dan filosofi ketiga, kata dia, matahari selalu terbit dari ufuk timur dan terbenam di ufuk barat secara konsisten atau istiqomah. Stabil, tidak pernah redup. Disuka ataupun tidak disuka, disanjung atau dicaci, matahari tetap terbit tepat waktu. “Berjuang di Muhammadiyah juga harus begitu, harus istiqamah sesuai dengan peranan yang diberikan. Selalu amanah tanpa melihat ada penghargaan atau tidak,” pungkas Bu Wigati. (Ernam)