PWMU.CO-Struktur teks ini juga dinampakkan dalam cerita anak berjudul Aku Berani Bilang “Tidak” (ABBT). Dalam cerita ini menarasikan tentang kekerasan/kejahatan seksualitas pada anak. Bedanya, dalam cerita anak berjudul Saat Aku Takut dan Bingung (SATdB), korbanya adalah anak laki-laki, sedangkan ABBT korbannya adalah anak perempuan. Dalam struktur teks cerita, dimunculkan deskripsi cerita tentang kekerasan seksual dengan kalimat: ‘diajak ke tempat sepi’, ’memaksa memangku’, dan ‘meraba-raba tubuhku’.
Citraan dalam ABBT adalah citraan perasaan. Dalam cerita ini, ungkapan perasaan berupa citraan disampaikan secara langsung oleh tokoh Aku ketika mendapat respon berupa perilaku yang diberikan tokoh lain. Tokoh Aku melakukan pendeskripsian atau penjelasan terkait hal-hal yang dideritanya. Seperti dalam dialog dalam cerita di bawah ini:
[…]
“Aku malah diajak ke tempat yang sepi. Om Rendy memaksa memangkuku dan meraba-raba tubuhku. Aku takut sekali. “Tidak! Jangan sentuh aku!” (ABBT, hlm: 12)
Dalam cerita anak berjudul Aku Belajar Mengendalikan Diri (ABMD), hal sedikit ‘aneh’ juga sudah dimunculkan dalam cover bukunya. Cover buku yang berukuran 22 cm x 20 cm ini melukiskan dua tokoh ilustrasi anak-anak berbaju orange dan biru. Anak berbaju orange dengan wajah sedikit ketakutan yang terlihat dari bentuk alis dan mata, sedangkan anak yang berbaju biru dalam posisi tiduran.
Posisi anak ini sedang memeluk guling dan tangan kanannya dimasukkan ke dalam celana. Posisi tangan tertutup oleh gambar guling, dengan raut wajah si anak terlihat senang, asyik yang diilustrasikan lewat bentuk bibir, wajah, mata, dan alis.
Berbeda dengan SATdB dan ABBT, isi cerita ABMD mengupas tentang melindungi diri dari ancaman penyakit seksual yang mungkin terjadi pada anak. Isi cerita yang menguraikan tentang perlindungan diri anak dari ancaman penyakit seksual dinarasikan dengan vulgar, baik itu melalui diksi, citraan, dan juga gambar pendukung cerita. Penggunaan kata ‘masturbasi’ dan ‘infeksi’, munculnya kalimat ‘Aku menggerakkan tubuhku naik turun’, ‘jantungku berdebar’, ‘Aku memasukkan tanganku ke dalam celana’, dan ‘Aku mengulang lagi dan lagi’, serta gambar seorang anak yang sedang menyilangkan kaki ke guling dengan posisi tangan dimasukkan dalam celana.
Citraan yang terdapat dalam cerita ABMD memiliki kekuatan dalam menggerakan pembaca. Pembaca dibawa masuk di dalam alur cerita melalui citraan perasaan yang digunakan penulis. Untuk menggambarkan bagaimana resah dan gelisahnya tokoh Aku ketika tidak bisa tidur siang, dia langsung melakukan tindakan yang dipahami sendiri, sebagai sebuah permainan mengasyikan. Ketika menemukan permainan tersebut, tokoh mengungkapkan keasyikan permainan yang dilakukan dengan ungkapan perasaan.
[…]
“Menit demi menit berlalu dan mataku masih tak bisa terpejam.” (ABMD, hlm: 22)
[…]
“Eh, ternyata asyik juga rasanya. Jantungku berdebar, tapi aku senang.” (ABMD, hlm: 22)
[…]
“Sesekali, aku memasukkan tanganku ke dalam celana. Aku mengulang. Lagi dan Lagi.” (ABMD, hlm: 24)
Penggunaan ungkapan menit demi menit, jantunku berdebar, dan mengulang lagi dan lagi memberikan gambaran terhadap reaksi dari tindakan menyilangkan kaki ke guling. Usaha yang mendapatkan efek keasyikan tersebut terucap oleh tokoh yang memberikan pemahaman pada pembaca bahwa ada dampak dari perbuatan yang dilakukan untuk mengusir kebosanan. Citraan ini memberikan penggambaran terdapat isi perasaan tokoh sehingga pembaca bisa mengetahui isi perasaan yang paling dalam. (Ichwan Arif)
Discussion about this post