PWMU.CO – Rapat formatur untuk menyusun komposisi Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasisma Muhammadiyah (DPP IMM) 2018-2020, meninggalkan cerita unik. Maklum saja, Muktamar yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini harus menetapkan 13 anggota formatur berdasarkan urutan suara terbanyak yang diperoleh setiap calon.
Namun, di urutan terakhir justru ada 2 kandidat yang memperoleh suara sama. Keduanya adalah Rimbo Bugis dan Yedi Mulya Permana yang masing-masing memperoleh 271 suara, (5/8). Untuk menuju ke angka 13 anggota, tentu harus ada salah satu yang “hilang”. Lantas bagaimana cara menentukannya.
Apakah ada pemilihan ulang untuk menentukan salah satunya antara Rimbo dan Yedi untuk masuk ke dalam formatur? Ternyata tidak. Asas musyawarah tetap dijunjung tinggi dalam Permusyawaratan tertinggi IMM ini, terlebih untuk menyelesaikan masalah yang tidak begitu besar.
“Keduanya bermusyawarah secara tersendiri untuk menentukan siapa di antara beliau berdua yang akan masuk dalam 13 formatur,” jelas Ketua Umum terpilih DPP IMM 2018-2020, Najih Prastiyo kepada PWMU.CO, (6/8). Setelah keduanya bermusyawarah, tambah Najih, akhirnya keduanya memutuskan bahwa Yedi Mulya yang masuk dalam rapat formatur.
“Meski demikian, Immawan Rimbo tetap akan masuk dalam struktur DPP IMM 2018-2020,” tegas Najih. Setelah putusan musyawarah keduanya dibawa ke sidang pleno untuk mendapatkan persetujuan dari Muktamar. Dan, putusan ini diamini oleh peserta Muktamar tanpa penolakan.
Musyawarah –yang disetujui Muktamar– antara Yedi dan Rimbo ini tentu saja menepis isu sebelumnya. Yaitu pemilihan lagi oleh peserta Muktamar untuk menentukan siapa dari keduanya yang akan masuk 13 anggota formatur. Sebuah proses yang tentu saja melelahkan.
Maklum saja, pemilihan 13 anggota formatur sendiri, meski sudah memakai teknologi e-voting, tetap membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dari 774 pemilih, waktu yang dibutuhkan untuk memilih 13 anggota formatur adalah 3 jam 35 menit 44 detik.
Dengan putusan Muktamar itu, maka ke-13 anggota formatur yang terpilih dalam Muktamar XVIII IMM adalah Najih Prastiyo yang memperoleh 504 suara. Disusul kemudian oleh Ricky Septiandi (487), Abdullah S. Toda (478), Frisca Wulandari (464), Abdul Musawir Yahya (456), dan Fazlur Rahman (453).
Anggota formatur lainnya adalah Muhammad Roby Rodliyya Karman (441), dan Irwan Boinauw (433). Kemudian disusul Imam Alfian Kadir (429), Riyan Betra Delza (408), Muhammad Syamsul R Manaf (390), Muhammad Sahrul (284), dan Yedi Mulya Permana (271).
Sebuah penyelesaian masalah yang indah, bukan? (redaksi)