PWMU.CO– Amal usaha Muhammadiyah (AUM) harus ditangani dan dikembangkan dengan baik, hati ikhlas, dan profesional supaya bisa bertahan dan semakin berkembang maju sesuai kebutuhan zaman.
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jombang Muhammad Khoirul Abduh SAg MSi menyampaikan hal itu saat menjadi narasumber di Baitul Arqam AUM Majelis Pendidik Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Malang, Ahad (20/10/18) di SMK Muhammadiyah 2 Pagak, Malang.
Kegiatan yang bertema “Peneguhan Ideologi Peningkatan Sumberdaya Kader di Lingkungan Persyarikatan dan Amal Usaha Muhammadiyah” ini diikuti oleh 120 guru SD, SMP dan SMA/SMK Kabupaten Malang selatan meliputi Kecamatan Pagak, Donomulyo, dan Sumberpucung.
Muhammad Khoirul Abduh menyampaikan tujuh hal penting yang harus diperhatikan dalam mengelola AUM. Pertama, dikelola secara rasional dan profesional. “Jika AUM dikelola dengan rasional dan profesional, maka akan mampu berdiri mandiri dan kokoh di kakinya sendiri,” ujarnya.
Kedua, pengelola AUM harus tampil ihsan (baik) agar tampil secara bermartabat. “Maksunya adalah pengelola dan karyawan yang berbakti atau bekerja di AUM harus berpenampilan yang baik, murah senyum dan ikhlas melayani umat dan masyarakat yang membutuhkan layanan,” jelasnya.
Jika tidak demikian, sambungnya, maka yang ada hanya nggerundel, ngeresulo dan gampang marah saat melayani masyarakat dan umat.
Ketiga, pengelola dan karyawan AUM harus bekerja keras. “Dengan kerja keras, maka kita secara sungguh-sungguh melayani dan membantu umat dan masyarakat dengan misi dakwah Muhammadiyah,” lanjutnya.
Keempat, memegang teguh prinsip-prinsip moral yang baik. “Ini penting bagi pengelola dan karyawan AUM, karena moralitas yang baik adalah cerminan AUM. Selain itu juga merupakan ajaran KH Ahmad Dahlan saat menyebarkan ajaran Islam melalui gerakan Muhammadiyah dengan pendekatan kepada kaum dhuafa di kalangan masyarakat bawah,” paparnya.
Kelima, kerja sama yang rapi, guyub, dan rukun. “Kerja di AUM itu harus secara bersama, guyup dan rukun. Jangan bengkerengan dan saling memusuhi antarkaryawan. Bagaimana bisa memajukan AUM jika hanya ribut didalam AUM saja,” tuturnya. “Harus rukun, saling kerja sama dan guyup antar karyawan AUM.”
Keenam, AUM dikelola dengan prinsip amanah. “Pengelolaan AUM dengan amanah akan memunculkan trust atau kepercayaan masyarakat dan umat kepada kita. Jika jadi guru yang amanah mendidik siswanya,” ujarnya.
“Terakhir, ketujuh adalah memelihara prinsip kesederhanaan. Sebagai kader Muhammadiyah kita tidak boleh bermewah-mewah dan sombong, terutama menjadi pengelola AUM,” terangnya.
Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur itu berpesan pada seluruh peserta Baitul Arqam AUM, “Bermanfaatlah bagi Muhammadiyah, bukan memanfaatkan Muhammadiyah untuk kehidupan pribadi atau individu,” pesannya.
Karena, menurutnya, barang siapa yang menolong agama Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan kecukupan semasa hidupnya baik didunia ataupun diakhirat kelak.
“Membangun dan mengembangkan Muhammadiyah juga harus dengan jati diri, meski di tengah masyarakat yang sangat homogen dan kompleks, supaya tidak gampang terombang-ambing seperti buih,” tegasnya. (Izzudin)