![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2019/01/IMG_20190127_110101_049-1.jpg?resize=836%2C514&ssl=1)
PWMU.CO – Badan Penjamin Mutu Universitas Muhammadiyah Gresik (BPM UMG), Sabtu (26/1/19) menggelar Focus Group Discussion (FGD) penyusunan Key Performance Indicator (KPI) Fakultas dan Prodi sampai tahun 2021.
Acara dimulai dengan pengarahan Rektor UMG Prof Dr Ir Setyo Budi MS. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan hasil monitor dan evaluasi KPI tahun akademik sebelumnya dan penjelasan format KPI yang baru oleh Kepala BPM UMG Nur Fauziyah. Setelah itu setiap Fakultas dan Program Studi UMG melakukan pemaparan KPI.
Nur Fauziyah mengajak Dekan dan Kaprodi UMG untuk menjadi motor spirit produktifitas Tridharma dosen di fakultas. “KPI setiap Fakultas dan Prodi tentunya berbeda tapi tetap harus mengarah pada renstra (rencana strategi) universitas yang telah disusun sampai tahun 2030 sesuai dengan waktu capaian visi-misi universitas. Tujuan yang berbeda membuat indikator kesuksesan antarfakultas dan prodi menjadi berbeda,” ujarnya.
Dalam FGD tersebut Dekan Pertanian UMG Endah Sri Redjeki misalnya membuat ide cukup brilliant yang akan diterapkan di Fakultasnya guna memacu dosennya untuk pencapaian KPI ini.
Ide strategi yang dipaparkan diberi nama WCM (Wednesday Coffee Morning) dan FYFM (Friday Young Farmer’s Market). WCM merupakan kegiatan FGD yang dikemas dalam bentuk coffee morning yang bertujuan untuk mendiskusikan topik-topik riset dengan komunikasi dalam bahasa Inggris.
Sedangkan FYFM merupakan ajang pameran produk riset baik hasil riset dosen maupun mahasiswa yang dilakukan di Plaza UMG sebagai ajang promosi untuk menarik minat mahasiswa baru.
Nur Fauziyah mengatakan, KPI Prodi akan di-breakdown ke dalam KPI dosen secara individu sehingga setiap dosen mempunyai target yang jelas terkait dengan produktivitasnya. “Baik itu dalam melakukan penelitian, publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi, buku ajar, HKI bahkan rencana studi lanjut serta target dosen untuk menjadi guru besar,” ujarnya. “Bagi dosen yang mampu mencapai dengan baik akan mendapatkan reward dan sebaliknya.”
Penyusunan KPI, lanjut dia, harus berdasarkan pada lima indikator SMART, yaitu specific, measurable, achieveable, relevant, dan time. “Pertama, penyusunan KPI harus mendetil dan spesifik. Indikator kinerja karyawan yang terlalu umum tidak akan berbuah apapun,” jelasnya.
Kedua Measurable, yakni indikator kinerja yang harus dapat diukur agar penilaian bisa dilakukan secara objektif. “Karenanya penyusunan indikator kinerja memang harus sangat berhati-hati. Jangan sampai indikator yang ditampilkan membuahkan penilaian subjektif,” terangnya.
Ketiga achievable, target penilaian performa harus merupakan hal yang realistis untuk dicapai. “Keempat, relevant indikator tentunya harus relevan dengan tujuan universitas. Jika tidak relevan, sama saja indikator menjadi tidak berguna,’ paparnya.
Sedangkan kelima, time, indikator performa juga harus dibarengi dengan batas waktu atau deadline untuk mencapai target.
Nur Fauziyah menegaskan, butir-butir KPI yang dikembangkan oleh BPM ini telah disesuaikan dengan butir Indikator Kinerja Utama pada Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (IAPT) 3.0 yang merupakan instrumen akreditasi terbaru berbasis outcomes yang diluncurkan oleh BAN PT.
“Setelah KPI sampai tahun 2021 ini telah disusun dengan baik maka selanjutnya BPM mengajak kembali para dekan dan kaprodi untuk menyusun KPI sampai capaian tahun 2030,” ungkapnya.
Harapannya, sambung dia, jika KPI ini dapat dicapai dengan baik maka goal-nya, target akreditasi perguruan tinggi A ditahun 2021 akan tercapai. (Faris)