PWMU.CO – Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Drs M Jamaluddin Ahmad mengatakan, pengikut aliran sesat di Indonesia pun menginginkan dan bermimpi mendapatkan kebahagiaan.
“Pengikut Ahmad Mussadeq pun mengharapkan kebahagiaan,” ujarnya di hadapan guru dan karyawan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB yang mengikuti Pengajian Ramadhan V 1440 H, di Cordoba Convention Hall SMAM 10 GKB, Sabtu (11/5/19).
Jamal menjelaskan, para pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang mengakui Mussadeq sebagai nabi baru tidak wajib shalat, tidak puasa, dan hanya bertapa di gunung. Tapi, menurut mereka, kebahagiaan bisa didapat. “Dan pengikutnya tidak orang bodoh, dia orang pintar-pintar. Ada yang berprofesi dokter sampai mahasiswa,” paparnya.
Jamal memberikan contoh lain, yaitu para pengikut ajaran Pedepokan Dimas Kanjeng pun demikian. Mereka bermimpi untuk dapat kebahagiaan.
“Dapat uang berlimpah diyakini mendatangkan kebahagiaan. Maka mereka menjalani shalawat fulus dan bank gaib,” ungkapnya.
“Kebahagiaan versi aliran sesat itu keblinger. Itu salah besar. Kebahagiaan mereka hanya diimaji belaka. Malah, di Jogya ada aliran yang menyembah semar. Kebahagiaan versi apalagi yang mereka harapkan dan impikan?” katanya.
Bapak empat anak yang juga berprofesi sebagai psikolog ini mengutarakan Allah SWT telah menciptakan surga dan neraka. Siapa yang masuk surga, lanjutnya, dialah yang mendapatkan kebahagiaan. Sebaliknya yang tidak mendapatkan kebahagiaan maka masuk neraka.
Dalam materi pengajian yang bertemakan Alquran dan Psikologi Kebahagiaan ini Jamal menegaskan, kebahagiaan itu harus memiliki orientasi keimanan. Maka di dalam terdapat dua hal yaitu perbuatan baik dan mampu membahagiakan orang lain. Dua hal ini diniatkan surga dan ridha-Nya.
Jamal menambahkan perbuatan baik di mata manusia dan Allah akan bisa menghantarkan pada surga. Selain itu membahagiakan orang lain juga bisa menuju surga-Nya. “Minimal dengan senyuman yang ikhlas bisa membahagiakan orang lain.” (Ichwan Arif)